BKKBN: Keluarga di Aceh Paling Bahagia se-Indonesia, Apa Iya?

Suara Netizen Indonesia-Laman bloomberg.com pada 12 Maret 2024 menyampaikan bahwa Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K) menyebut hasil indeks keluarga menunjukkan bahwa Provinsi Aceh berada di urutan pertama keluarga paling bahagia di Indonesia. Sementara Kabupaten Bener Meriah tercatat sebagai kabupaten dengan Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) tertinggi di Provinsi Aceh.

BKKBN telah membuat indeks kebahagiaan keluarga sebab visi BKKBN adalah keluarga berkualitas. Indeks Pembangunan Keluarga merupakan suatu pengukuran kualitas keluarga yang ditujukan melalui ketenteraman, kemandirian, dan kebahagiaan keluarga. Adapun salah satu yang dihasilkan oleh iBangga yakni terpotretnya gambaran serta peran dan fungsi keluarga untuk semua wilayah Indonesia.

Rilis BKKBN ini cukup mengejutkan di tengah begitu jomplang-nya realitas di lapangan. Jika standar keluarga di Kabupaten Bener Meriah menjadi Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) tertinggi di Aceh sekaligus sebagai urutan pertama keluarga paling bahagia di Indonesia, betapa tidak relevannya capaian ini dengan fakta riil di lapangan ataukah memang demikian sederhana konsep bahagia yang di tetapkan BKKBN?

Memang dalam rilis datanya BKKBN mengakui masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diprioritaskan dalam program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) serta program penurunan stunting termasuk tingginya angka kematian ibu dan bayi.

Menurut data, hingga semester II tahun 2023, terdapat 275.505 keluarga berisiko stunting (KRS) di Aceh. Dari jumlah tersebut, 60.149 keluarga tergolong miskin ekstrem, sementara 166.543 keluarga berisiko stunting miskin dan rentan. Kabupaten Aceh Utara, Pidié, dan Aceh Timur menjadi wilayah dengan jumlah KRS terbanyak.

Belum lagi jika bicara infrastruktur, data dari verval KRS 2023 juga mengungkapkan beberapa tantangan terkait infrastruktur dasar di Aceh. Kota Sabulussalam memiliki persentase terbesar pada indikator sumber air minum tidak layak yakni 13,28%, diikuti oleh Simeulue 10,28%. Sementara itu, Gayo Lues dan Pidie memiliki persentase tertinggi pada indikator jamban tidak layak, dengan masing-masing presentase 35,61% dan Pidie 28,11%.

Di sisi lain Kabupaten Aceh Utara menunjukkan jumlah keluarga terbanyak pada indikator rumah tidak layak huni sebanyak 38.966, diikuti oleh Aceh Timur sejumlah 30.996. Dengan kondisi data seperti ini saya mempertanyakan potret gambaran serta peran dan fungsi keluarga di Bener Meriah dan di provinsi Aceh secara umum sebagai urutan pertama keluarga paling bahagia.

Jika kita menilik data tingginya angka perceraian di Aceh termasuk di Kabupaten Bener Meriah maka standar keluarga paling bahagia di Indonesia ini pasti menguap. Mengutip dari tribungayo.com pada 9 November 2023 melaporkan rekap jumlah angka perceraian yang ditangani oleh Mahkamah Syariah Kabupaten Bener Meriah sepanjang tahun 2023 yaitu mencapai 313 perkara, ini bukan angka yang kecil meski persentasenya menurun dari tahun sebelumnya.

Realitas Kehidupan Keluarga Saat ini

Secara umum dapat dikatakan bahwa kehidupan keluarga saat ini memasuki fase kritis. Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat telah mengalami kerapuhan akut bahkan keruntuhan di depan mata. Penerapan sistem Kapitalisme menyebabkan sendi-sendi penopang keluarga mengalami disfungsi. Sehingga keluarga kehilangan peran sosial, politis dan strategis sebagai sekolah pertama dan utama bagi generasi.

Tak ketinggalan relasi antar anggota keluarga pun memburuk, rumah tak lagi menjadi istana curahan kasih sayang yang menentramkan, pertengkaran dan perselisihan terjadi setiap hari antar anggota keluarga. Rumah pun kering dari ibadah apalagi tilawah. Standar bahagia telah bergeser dari sakinah, mawaddah wa rahmah menjadi seberapa banyak materi yang mampu dihasilkan dan dihabiskan? Seberapa tinggi pencapaian kebahagiaan dari aspek-aspek kebahagiaan jasadiyah yang bisa dicapai? Ini baru bicara aspek internal.

Diluar itu keluarga akan dihadapkan pada tingginya ongkos pemenuhan kebutuhan meski sekadar standar kebahagiaan terendah sekalipun. Harga barang kebutuhan pokok terus melambung, barang-barang menjadi langka, layanan pendidikan, keamanan dan kesehatan bermutu hampir-hampir tak terjangkau.

Sementara ancaman kejahatan terjadi baik dari dalam maupun dari luar. Berita kejahatan dan kekerasan seksual menjadi hidangan sepanjang hari ketika membuka media informasi. Apakah ini semua cukup? Tentu saja belum, kita belum membuka angka-angka perbullyan, bunuh diri, aborsi, tren perselingkuhan dan lain-lain.

Mengembalikan Kebahagian Keluarga

Fakta bahwa keruntuhan keluarga di ujung tanduk telah disadari oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari betapa dinginnya sambutan masyarakat terhadap gelar-gelar dekoratif semacam “keluarga paling bahagia” yang dirilis BKKBN. Oleh sebab itu telah banyak buku-buku yang ditulis untuk memperbaiki kondisi ini. Begitu banyak seminar dan workshop digelar untuk mengumpulkan kepingan demi kepingan kebahagiaan keluarga yang telah terburai agar dapat disatukan kembali menjadi keluarga yang utuh dan bahagia.

Namun perlu kita catat bahwa perkara ini adalah masalah sistemik, muncul karena penerapan sistem kehidupan yang salah. Sebagai Muslim tidak ada habitat yang paling sesuai bagi kita kecuali hidup dalam naungan Islam dan diatur dengan hukum-hukum Allah. Hal ini tersebab manusia adalah ciptaan Allah sedangkan Allah menyediakan seperangkat hukum syariah sebagai sistem pengaturan kehidupan.

Oleh sebab itu penerapan kehidupan Islam hingga terwujudnya keluarga yang bahagia membutuhkan dukungan sistem. Hanya dengan sistem politik Islam kehidupan keluarga yang tenteram, bahagia dan mendiri dapat diwujudkan. Sistem politik Islam meniscayakan pengaturan ekonomi melalui sistem ekonomi Islam. Sehingga para suami dapat kembali meraih kedudukannya sebagai qawwam bagi istri dan keluarganya. Sistem ini meniscayakan peran ibu sebagai madrasah pertama dan utama bagi generasi.

Para ayah dan ibu tak lagi dipusingkan oleh pemenuhan kebutuhan-kebutuhan kolektif seperti pendidikan, keamanan dan kesehatan karena negara melalui harta kepemilikan umum akan memberikannya secara murah bahkan cuma-cuma. Persoalan besar yang membelit keluarga hari ini seperti, KDRT, Judi online, Narkoba, pinjaman berbasis riba yang mencekik leher, infrastruktur, semua akan diurai oleh sistem politik Islam.

Semua ini bukanlah romantisasi masa lalu, namun sistem Khilafah memang telah terbukti mampu memberikan kebahagiaan bagi setiap keluarga dalam naungannya di sepanjang eksistensinya. Oleh sebab itu kembalinya sistem politik Islam seharusnya menjadi mega proyek bagi kaum Muslimin untuk bersegera mewujudkannya agar keluarga yang utuh dan bahagia benar-benar dapat diwujudkan. (SNI)

Artikel Lainnya

Keluarga Berkualitas dalam Kapitalisme, Mungkinkah?

Ketika kemiskinan ekstrem melanda negeri ini, maka tentulah banyak fungsi keluarga yang tidak dapat dijalankan dengan baik, apalagi menghasilkan keluarga berkualitas. Penyebab kemiskinan ekstrem di negeri yang Allah anugerahi dengan sumber daya alam melimpah ruah ini, seperti di negeri-negeri kaum muslimin lainnya, adalah akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler liberal di negeri ini.

PERAN DAYAH DALAM MEMBANGUN PENDIDIKAN DI ACEH

Istilah Dayah sudah sangat populer dalam masyarakat Aceh. Hubugan Dayah dan masyarakat Aceh sudah terjalin sangat erat, sehingga keeradaan Dayah di tengah-tengah masyarakat sudah dapat diterima dan menjadi sebuah gebrakan perubahan untuk menciptakan suasana social kemasyarakatan yang aman, damai dan berpayungkan hukum-hukum Islam.
Keberadaan Dayah telah ada sejak masuknya agama Islam di Aceh yakni pada tahun 800 M. Pada masa itu para pedagang dan mubaligh yang datang dari Arab berlabuh di pesisir Sumatera. Selain melakukan perdagangan, para pedagang dan mubaligh ini juga sangat aktif dalam menyebarkan agama Islam. Untuk mempercepat proses penyebarannya maka didirikanlah tempat pendidikan Islam yang pada waktu berfungsi sebagai media transformasi pendidikan Islam kepada masyarakat. Sejarah mencatat bahwa Dayah tertua di Aceh adalah Dayah Cot Kala yang sudah berdiri sejak abad ketiga hijriah. Dayah ini menjadi pusat pendidikan Islam pertama di Asia Tenggara dengan tenaga-tenaga pengajar yang berasal dari Arab, Persia, dan India. Fungsi Dayah pada waktu itu masih terbatas untuk tujuan mengIslamisasikan masyrakat yang berada di sekitar Dayah dan untuk menjaga pengamalan-pengamalan masyarakat muslim di sekitar Dayah.
Pada masa itu Dayah lebih terfokus kepada materi-materi praktis, terutama dalam bidang tauhid, tasawuf dan fikih. Namun ketika peran Dayah Cot Kala sudah mulai terlibat dalam pemenuhan kepentingan keraajaan peureulak fungsinya berubah menjadi lebih besar dan mencakup ilmu-ilmu umum dan agama serta keahlian praktis. Dayah berasal dari kata Zawiyah, kata ini dalam bahasa Arab mengandung makna sudut, atau pojok Mesjid. Kata Zawiyah mula-mula dikenal di Afrika Utara pada masa awal perkembangan Islam, Zawiyah yang dimaksud pada masa itu adalah satu pojok Mesjid yang menjadi halaqah para Sufi, mereka biasanya berkumpul bertukar pengalaman, diskusi, berzikir dan bermalam di Mesjid. Dalam khazanah pendidikan Aceh, istilah Zawiyah kemudian berubah menjadi Dayah, seperti halnya perubahan istilah Madrasah menjadi Meunasah (Kanwil Kemenag Provinsi Aceh, 2022).
Dayah yang telah lebih dari seribu tahun berada di tengah-tengah perjalanan masyarakat Aceh, telah sangat banyak memberikan kontribusi pada bidang keilmuan masyarakat Aceh. Dalam sejarah dapat kita temukan bahwa Dayah telah menyajikan berbegai cabang ilmu, baik dalam bidang ilmu agama, kemasyarakatan, kenegaraan bahkan juga dalam bidang teknologi. Oleh karena itu alumni Dayah pada masa lalu benar-benar mendapat tempat dalam masyarakat, tidak hanya didaerah Aceh, bahkan juga ditingkat internasional.
Pada masa sekarang Dayah tetap masih terus memegang peran penting dalam pembinaan moral akhlak masyarakat Aceh dalam kehidupan sehari-hari. Dayah juga merupakan salah satu lembaga Pendidikan Islam yang ada di Aceh dengan kurikulumnya mengajarkan tentang kitab-kitab kuning, mendidik santri menjadi kader-kader ulama di masa mendatang, dan Dayah juga merupakan salah satu pendidikan tertua di Aceh
Dayah sebagai lembaga yang sangat mampu memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan potensi fitrah manusia, sehingga mereka dapat memerankan diri secara maksimal sebagai hamba Allah yang beriman dan bertakwa, serta esksistensi Dayah juga masih semakin diakui dalam memainkan perannya di tengah-tengah masyarakat sebagai lembaga dakwah.
Sesuai yang dikutip dari KaKanwil Kemenag Aceh peningkatan jumlah Dayah di Aceh sangat pesat, tercatat ada 400 Dayah baru bertambah di Aceh hanya dalam kurun waktu 2 tahun, sehingga total jumlah saat ini ada 1.626. Dari jumlah ini terdapat 916 unit Dayah yang di dalamnya berbentuk madrasah atau sering disebut Dayah modern.
Semakin berkembang pesatnya jumlah Dayah di Aceh hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya lembaga pendidikan Islam Dayah pada zaman ini. Oleh sebab itu fungsi Dayah tidak hanya untuk mendidik generasi-generasi muda agar bisa menguasai ilmu untuk menghadapi globalisasi, namun lembaga pendidikan Dayah juga harus menjadi agen perubahan sosial dalam masyarakat, sehingga dengan gerakan sosialnya diharapkan dapat terbentuknya masyarakat yang madani. Sehinggga eksistensi Dayah secara landasan sosial historisnya telah berperan aktif dan memilki ilmu untuk melakukan perubahan social dalam masyarakat.
Agama Islam juga memiliki konsep dalam perubahan social, yakni bahwa dakwah memiliki peran untuk memulihkan keseimbangan mengarahkan pembebasan, persaingan ataupun tampak dinamika budaya yang lain, sekaligus meletakkan pola dakwah dalam berbagai perspektif termasuk perspektif kultural. Dakwah pada wilayah ini, berfungsi sebagai Agent Of Sosial Change. Dakwah dalam wilayah ini menjadi pusat atau sentral setiap perubahan sosial, ia mengarahkan dan memberikan alternatif padanya, ia memanfaatkan budaya yang ada dan memolesnya dengan warna Islami.
Terjadinya perubahan sosial, juga sangat berpengaruh dalam proses dakwah Islam yang ada dikalangan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari Cara pandang, cara berfikir dan cara bertindak masyarakat dapat berubah dengan drastis terhadap fenomena-fenomena yang ditemui dalam keberagaman masyarakat. Pada hal ini dakwah Islam harus mampu mengimbangi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat untuk mengarahkan kepada hal-hal yang bersifat positif demi tegaknya dakwah di kalangan masyarakat serta seorang dai harus bisa memberikan solusi yang konstruktif sesuai dengan ajaran Islam yang dinamis, transformatif dan mengerakkan umat manusia untuk bangkit dari keterbelakangan menuju cahaya iman dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini bertujuan agar jalan dakwah dapat terus berlanjut dan lebih mudah diterima dalam kalangan masyarakat zaman ini.
Dayah dan masyarakat merupakan sebuah hubungan yang sudah terjalin erat sehingga keberadaan Dayah di tengah-tengah masyarakat dapat diterima dan menjadi sebuah gerakan perubahan dalam menciptakan suasana yang Islami bagi masyarakat itu sendiri kemudian masyarakat dan Dayah tidak lagi terjadi pertentangan baik dari pihak Dayah maupun dari kalangan masyarakat.
Oleh karena itu seluruh kegiatan atau aktivitas-aktivitas dakwah Dayah seperti majelis taklim di berbagai daerah di Aceh diharapkan nantinya dapat menciptakan berbagai perubahan social positif sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh orang banyak, serta dalam menjalankan aktivitas dakwahnya, sebab itu lembaga pendidikan Islam Dayah tidak hanya menajdikan hanya santri saja yang menjadi sasaran dakwahnya, akan tetapi seluruh elemen masyarakat juga yang di luar Dayah dapat mendapatkan ilmu tentang pengetahuan agama dari hasil aktivitas dakwah yang dilakukan Dayah dan perubahan social dapat dirasakan oleh masyarakat dari sebelum adanya Dayah hingga Dayah itu hadir di tengah-tengah masyarakat mampu memberikan perubahan, baik dari pengetahuan tentang agama maupun dalam proses pengamalan ibadah. (Hamdan 2017, 9: 119)

Sumber Gambar : NU Online.

Penulis Merupakan Mahasiswa Prodi Bimbingan Dan Konseling Islam, Institute Agama Islam Negeri Langsa, KKN-T(DR) Berbasis Medsos Smester Ganjil 2022-2023.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *