Saatnya Umat Bersatu untuk Bebaskan Palestina

Hiruk pikuk perpolitikan di tanah air menjadikan kaum muslim lupa dengan dengan saudara sesama muslim di Gaza. Pejabat kesehatan Gaza mengatakan bahwa lebih dari 27.000 orang yang mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak, tewas dalam agresi brutal Israel ke jalur Gaza Palestina sejak 7 Oktober 2023. (CNBC Indonesia, 08/02/2024).

Hingga detik ini Israel semakin brutal dan keji, bahkan serangannya mulai menyasar kamp pengungsian warga Palestina di Rafah, yakni wilayah terdekat dengan perbatasan Mesir, yang mereka sebut sebagai “benteng terakhir Hamas yang tersisa”.

Begitu memilukan nasib umat Islam di beberapa negeri terjajah di seluruh dunia. Berbagai serangan musuh dengan kekejaman di luar batas kemanusiaan hanya mampu menjadi tontonan para penguasa negara-negara muslim yang lain. Hal ini bisa terjadi karena institusi besar yang dahulu menjadi pelindung umat telah hancur berkeping-keping. Inilah yang menjadi pangkal musibah umat Islam sedunia.

Seorang agen Inggris keturunan Yahudi, Mustafa Kemal telah meruntuhkan Khilafah melalui tangannya. Perjanjian demi perjanjian diteken guna menghancurkan Khilafah dari dalam. Perjanjian Sykes-Picot, Konferensi Ardh Rum, Konferensi Sivas, Konferensi Amasia, penetapan Piagam Mili, Perjanjian Sevres, Perundingan London, serta Perjanjian Lausanne I dan II. Perjanjian Sykes-Picot dan Perjanjian Lausanne ini menjadikan Khilafah yang merupakan pelindung umat Islam tak lagi berdaya.

Melalui perjanjian Sykes-Picot, Inggris membagi-bagi wilayah Khilafah sebagai jajahan bagi negara-negara Eropa lainnya. Sedangkan Perjanjian Lausanne adalah perjanjian yang dilaksanakan dua kali, yakni pada 17 Oktober 1922 dan 20 November 1922. Konsekuensi dari Perjanjian Lausanne ini adalah pemisahan kesultanan dari Khilafah dan pengakuan terhadap kemerdekaan Turki.

Tak cukup di sini, adanya Deklarasi Balfour menyebabkan tanah milik kaum muslimin dirampas dengan keji. Padahal gambaran Sultan Abdul Hamid II dalam mempertahankan tempat suci umat Islam itu sangat tegas dan mengharukan.

“Sampaikan oleh kalian peringatan kepada Dr. Herzl, agar dia tidak mencoba-coba untuk mengambil langkah-langkah baru apapun dalam persoalan ini. Sungguh aku tidak bisa melepaskan bumi Palestina walau hanya sejengkal. Bumi ini bukanlah milikku, melainkan milik umat Islam. Bangsaku telah berjihad dalam mempertahankan bumi tersebut dan telah menyiraminya dengan darah-darah mereka. Silakan Yahudi menyimpan kembali uang mereka. Jika Khilafah Islam suatu hari nanti berhasil dihancurkan, mereka boleh mengambil tanah Palestina dengan cuma-cuma. Tetapi, selama aku masih hidup, aku lebih memilih menusukkan pedang ke dalam tubuhku daripada harus melihat tanah Palestina dipotong dan dilepaskan dari Khilafah Islam.”

Saat itu Sultan Abdul Hamid II tidak menyangka bahwa Khilafah bakal hancur, hingga Sultan memberikan tantangan demikian. Namun ternyata institusi besar itu kini tak lagi menaungi umat Islam sebagaimana pernah menguasai dua pertiga dunia.

Penjajahan Palestina ini memang sengaja dipasang oleh musuh Islam agar hegemoni mereka semakin mencengkeram. Ketiadaan Khilafah memudahkannya untuk memecah belah dunia Islam menjadi negara bangsa yang tersekat kecil-kecil.

Jadi sebenarnya permasalah Palestina adalah keberadaan penjajah Israel yang mengusir dan menguasai penduduk asli. Ditambah dengan berakhirnya Perang Dunia II PBB memutuskan pembagian Palestina menjadi dua, yaitu untuk penduduk Palestina dan Yahudi, melalui resolusi yang dikeluarkan oleh Majelis Umum nomor 181, pada tanggal 29 Oktober 1947. Setelah itu Inggris menyerahkan sebagian besar wilayah Palestina ke Yahudi dan mendirikan sebuah negara Israel yang dideklarasikan pada 1948. 

Dari sini awal mula Palestina selalu mendapatkan serangan dari Israel. Betapa harum darah para syuhada telah membanjiri negeri para nabi itu. Penduduk Gaza hanya menginginkan kemuliaan tanpa penjajahan dalam kehidupan mereka atau mati syahid.

Permasalan yang menimpa Palestina adalah masalah umat Islam seluruh dunia. Untuk itu dibutuhkan persatuan umat Islam sedunia di bawah satu komando. Dengan demikian syariat dakwah dan jihad bisa dilaksanakan secara efektif untuk membebaskan tanah suci dan mengusir penjajah Israel. Semoga umat Islam kembali bersatu dan memimpin dunia. It is time to be one ummah. Wallahu’alam bish-shawab.

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *