Generasi Z , Yang Muda Yang Potensial
Gen Z adalah istilah untuk mereka yang lahir pada rentang tahun 1995-2010. Pada tahun ini, mereka menjadi peserta pemilu pemula.
Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu untuk Demokrasi (Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyanti mengatakan pemilih pemula dan suara anak muda memiliki pengaruh penting dalam Pemilu 2024 mendatang. Pasalnya, KPU juga telah merinci jumlah DPT berdasarkan usia pada 2024 nanti (cnnindonesia.com, 3/8/2023).
Yaitu pemilih usia 17 hingga 30 tahun sebanyak 63.953.031 orang atau 31,23 persen, sementara pemilih usia 31 hingga 40 tahun sebanyak 42.398.719 orang atau 20,70 persen. Maka suara mereka sudah hampir 52 persen jika digabungkan.
Lalu pemilih berusia di bawah 17 tahun karena sudah menikah 0,003 persen atau 6.697 pemilih. Sementara pemilih dengan usia 40 tahun ke atas berjumlah 98.448.775 orang atau 48,07 persen. Sungguh pantas jika dikatakan yang muda yang potensial. Lantas bagaimana jika bicara kesadaran politik yang mereka miliki? Fahamkah mereka tentang demokrasi terlebih jika mereka seorang muslim atau muslimah?
Kristiani Sianturi, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), di acara Diskusi Pojok Bulaksumur UGM yang bertajuk Membidik Program Capres-Caleg di Mata Pemilih Pemula, Kamis (25/1/2023) di selasar tengah, Gedung Pusat UGM.mengatakan dirinya yang kini beranjak umur 19 tahun dan pemilu kali ini menjadi pemilu pertama bagi dirinya untuk bisa menggunakan hak suaranya.
Ia mengaku selalu mengikuti agenda debat capres dan cawapres yang disiarkan oleh media nasional. Namun sebaliknya ia mengaku kesulitan untuk mengikuti perkembangan dari kampanye calon anggota legislatif akibat ruang yang diberikan tidak sebesar seperti pilpres. Padahal menurutnya peran anggota legislatif nantinya berkaitan dengan kebijakan yang dampaknya dirasakan oleh rakyat secara langsung.
Soal aspirasi pemilih pemula untuk calon pemimpin baik di eksekutif dan legislatif, Linda mengusulkan adanya program adanya biaya pendidikan terjangkau yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat. Banyak anak muda lulusan sekolah menengah atas yang tidak bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya.
Linda juga mengusulkan agar pemerintah juga memperhatikan soal ketersediaan lapangan pekerjaan baru karena sulitnya anak muda untuk mendapatkan pekerjaan. Banyak lulusan sarjana baru saat ini susah mendapat pekerjaan. Kalau pun ada lowongan, banyak yang mensyaratkan sudah punya pengalaman dua sampai lima tahun.
Hal senada juga disampaikan oleh mahasiswa Fakultas Filsafat UGM, Laksito Lintang (22) yang menginginkan aspirasi mahasiswa juga dibawa oleh calon pemimpin baik di eksekutif maupun legislatif yaitu program pendidikan gratis dan kemudahan bagi kita mendapatkan pekerjaan bagi lulusan yang punya pengalaman aktif berorganisasi atau magang kerja.
Janji Pemimpin Dalam Demokrasi Susah Terwujud
Dua hal utama yang diinginkan generasi Z yaitu kemudahan akses pendidikan dan lapangan pekerjaan. Sesuatu yang dalam sistem demokrasi hari ini susah diwujudkan. Sepanjang pemilihan umum digelar hingga hari ini belum ada satu pun pasangan calon pemimpin yang akhirnya ketika benar-benar menjadi pemimpin memenuhi janji kampanyenya. Demokrasi sejatinya ajang bagi-bagi kekuasaan tanpa menghadirkan rakyat meski mereka pemegang kekuasaan.
Murahnya pendidikan dan mudahnya mendapatkan pekerjaan menjadi sesuatu yang langka. Berganti rezim keadaan tak jua berganti. Setiap kebijakan yang disahkan lagi dan lagi menyakiti rakyat. Persoalan baru muncul dari segi biaya, bagaimana dari sisi kurikulum, tujuan pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan hingga SDMnya? Lebih memprihatinkan lagi.
Kalau bukan mengeluarkan subsidi berbagai macam kartu, yang terbaru membiarkan sebuah institusi perguruan tinggi negeri bekerja sama dengan perusahaan pinjaman online untuk membantu mahasiswanya yang kesulitan membayar uang kuliah. Tak dipungkiri, sejak TK hingga perguruan tinggi, angka pembayaran sekolah sudah tidak masuk akal, semakin berkualitas institusinya maka akan semakin mahal.
Pinjaman online bukan sekadar bunganya yang tinggi hingga bisa menimbulkan depresi bagi peminjamnya, namun lebih ngeri lagi adalah dibolehkannya praktik riba. Padahal, ini negeri muslim terbesar di dunia, bukankah semestinya Islam adalah way of life setiap yang mengimaninya?
Mindset Pendidikan Kita Bergeser
Yang muda yang potensial sejatinya hanya dibidik dari suara mereka ketika hari-H pemilu. Mindset generasi kita hari ini pun bergeser dari seharusnya, mereka hanya memandang persoalan utama adalah mahalnya biaya pendidikan dan sulitnya mendapatkan pekerjaan, sebuah pemikiran yang sangat pragmatis, seolah daur hidup setiap orang adalah sekolah kemudian bekerja.
Memang tak salah, namun inilah bukti bahwa sistem kapitalismelah yang sedang diterapkan. Kualitas generasi hanya difokuskan pada seberapa pasar mampu menyerap mereka, sedangkan kualitas iman, adab dan akhlak bukan menjadi tolok ukur keberhasilan pendidikan di negeri ini. Dengan panjangnya jenjang wajib belajar tak diimbangi dengan perbaikan kualitas generasi.
Jika kelak tanpa sosialisasi politik yang baik dan berimbang, bisa jadi para generasi Z itu sedang mempertaruhkan pilihannya sendiri, yang ternyata salah, sebab hanya melanjutkan kebijakan rezim terdahulu. Bukan pula tanpa sebab, para calon pemimpin yang kita disodorkan segepok janji oleh mereka ketika menuju kursi kekuasaan memiliki kewajiban memenuhi semua isi perjanjian mereka dengan para pemodal. Langkah mulus mereka menuju tampuk kepemimpinan bukan tanpa konsekwensi. Itulah pula jawaban mengapa di negeri ini kasus korupsi terus menguar bahkan hingga menghebohkan dunia tak bisa teratasi.
Dalam Islam Potensi Pemuda Bermanfaat Bagi Sesama
Pemuda dalam pandangan Islam adalah potensi yang sangat luar biasa, pemegang kendali masa depan dan pembangun peradaban cemerlang. Maka agar mereka bertumbuh sesuai harapan perlu support sistem negara yang berfungsi sebagai periayah (pengurus) urusan rakyat.
Pelibatan mereka dalam dunia politik bukan sekadar memilih bakal calon presiden dan wakilnya namun lebih kepada agen of changes, pembawa perubahan hakiki. Dengan tenaga dan fikiran yang fresh, motivasi dan inovasi yang penuh semangat terutama dengan pendidikan negara yang bertujuan mencetak generasi berkepribadian Islam akan menghasilkan perubahan hakiki pula. Sejahtera terwujud, kemiskinan dan kesulitan berbagai aspek kehidupan akan sirna ,dengan syarat ,cabut terlebih dahulu sistem kapitalisme-demokrasi ini dan menggantinya dengan syariat Islam mulia. Wallahualam bissawab.
Komentar