ODGJ Ikut Pemilu, Waras kah ?
Oleh : Cahya Candra Kartika, S.Pd
Indonesia akan melaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024. Pemilu merupakan pesta demokrasi yang digelar tiap lima tahun sekali dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara. Pemilu serentak terbagi atas pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres).
Pileg 2024 digelar untuk menentukan anggota DPR, anggota DPRD provinsi, anggota DPRD kabupaten/kota, dan anggota DPD. Sementara Pilpres 2024 untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden pengganti pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin yang masa jabatannya berakhir 20 Oktober 2024.
ODGJ Dalam Pemilu
Namun ada hal yang patut kita soroti ketika waktu pemilu 2024 sudah dekat, pasalnya ini suatu yang tidak wajar kalau kita menggunakan akal sehat kita, bagaimana mungkin seorang ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) terdaftar sebagai DPT.
Sehingga muncul pertanyaan, apakah seluruh ODGJ ini mampu memilih yang benar ? Pertanyaan itu lahir dari keragu-raguan berbagai pihak terkait kemampuan ODGJ datang ke TPS dan kemampuan mereka dalam memilih peserta pemilu secara ideal, seperti pemilih pada umumnya.
Hal ini Berbanding terbalik dengan berbagai kasus yang pernah terjadi, seperti pembunuhan, pemerkosaan, pembunuhan berencana, kriminalisasi terhadap Ulama dsb. Apabila disinyalir pelaku adalah orang dengan gangguan jiwa maka mereka akan mendapatkan hukuman yang sangat ringan, bahkan mereka bisa bebas hanya cukup melapor saja.
Peguasa Dalam Islam
Apabila kita membicarakan Kholifah atau kepala negara atau penguasa, maka tidak terlepas dari kedaulatan dan kekuasaan. Kekuasaan yang dipegang seorang kepala negara atau Kholifah dalam Islam sangatlah luas karena mencangkup urusan dunia dan urusan Agama. Kekuasaan kepala negara / Kholifah dalam Islam sepenuhnya diserahkan kepada Kholifah yang bisa disesuaikan dengan keadaan negara, tentunya tanpa melanggar hukum Syara’.
Adapun untuk menjadi seorang pemimpin negara/Kholifah tidak bisa orang yang sembarangan dia harus memenuhi 7 syarat dalam dirinya sehingga dia layak menduduki jabatan Kholifah. Apa saja syarat tersebut ?
1. Harus seorang Muslim
وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا
Allah sekali kali tidak akan memberikan jalan kepada orang kafir untuk memusnahkan orang-orang mukmin. (TQS an.nisa : 141)
2. Kholifah harus laki-laki
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً» (رواه البخارى فى الجامع الصحيح)
Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada perempuan. (HR. Al Bukhari)
3. Kholifah harus baligh
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ
Telah diangkat pena (beban hukum) dari 3 golongan: dari orang gila hingga ia sembuh, dari orang yang tidur hingga ia bangun, dari anak-anak hingga ia baligh. (HR. abu Dawud)
4. Kholifah harus orang yang berakal
Sebab akal merupakan tempat pembebanan hukum dan syarat bagi absyahnya aktivitas pengaturan berbagai urusan.
5. Kholifah harus orang yang adil
Karena orang yang memiliki sifat adil lebih utama dalam mengemban tugas negara.
6. Kholifah harus orang yang merdeka
Sebab seorang hamba sahaya adalah milik tuan nya , sehingga ia tidak memiliki kewenangan untuk mengatur dirinya sendiri, bagaimana dia bisa mengatur urusan umat ?
7. Kholifah harus orang yang mampu
Karena orang yang lemah tidak akan mampu menjalankan urusan rakyat sesuai Al Quran dan As Sunnah.
Mengapa seorang Kholifah harus memiliki 7 syarat diatas? Karena menjadi seorang kepala negara itu tugas yang sangat berat, kepala negara harus standby 24 jam untuk melayani rakyat nya, harus memikirkan caranya bagaimana keadaan rakyatnya, apakah mereka kelaparan? Bisa sekolah ? Sehat / sakit ? Pengangguran / tidak ? bukan untuk duduk manis terima gaji buta, bukan pula goal tertinggi seseorang tanpa memikirkan bagaimana kesejahteraan rakyatnya. Karena pertanggungjawaban seorang kepala negara tidak hanya kepada rakyat nya tapi juga kepada Allah SWT.
Jadi jangan main-main dengan ODGJ yang notabene mereka kehilangan akal sehat mereka disuruh untuk memilih, padahal mereka saja tidak tahu tentang dirinya sendiri apalagi memilih seorang pemimpin.
Wallahu a’lam bishawab.
Komentar