Sekularisme di Balik Tren Bunuh Diri

 

Begitu banyak aktivitas manusia yang dilakukan oleh banyak orang, kemudian menjadi tren. Kadang hal tersebut sengaja diciptakan oleh si pembuat tren atau trend setter, kemudian disebarkan melalui media sosial agar orang lain mengikutinya. Tak jarang hal tersebut sebagai langkah menambah pundi-pundi uang melalui banyaknya viewer atau bentuk penghargaan lainnya yang digelar oleh sekelompok masyarakat.

 

The Guardian Center for Countering Digital Hate (CCDH) menemukan bahwa TikTok menampilkan konten yang mendukung self harm, dan mereka menganggapnya keren. Bentuknya berupa sharing session, juga tutorial melakukan self harm. Maka banyak yang kemudian mengunggah video di media sosial yang berkisah tentang perjuangan dirinya dalam menghadapi masalah, hingga akhirnya memutuskan melakukan self harm. Konten ini pun menjadi tren kekinian.

 

Tetapi tidak untuk kasus yang satu ini, terjadi di Mengger Girang, Regol, Bandung, seorang wanita berusia 31 tahun kedapatan tewas, tergantung, pada 7 Agustus 2023, di kamarnya. Petugas Polsek Regol dan Inafis Polrestabes Bandung langsung menangani kasus tersebut dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

 

Kasus bunuh diri terus bertambah hingga menimbulkan kekhawatiran. Pasalnya kini menyasar siapapun, baik tua-muda, pria-wanita bahkan kini pelakunya merambah ke anak berseragam putih merah. Beragam masalah melatarinya, di antaranya ekonomi, konflik sosial seperti akibat perundungan, asmara dan sebagainya.

 

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa setiap detik terjadi insiden bunuh diri. Bahkan jumlah kasus ini lebih besar ketimbang kematian akibat perang. WHO memperkirakan setiap tahunnya, tindakan bunuh diri berhasil merenggut nyawa lebih dari 800 ribu orang di seluruh dunia. (goodstats.id, 6-2023)

 

Dunia Tidak Baik-Baik Saja

Dunia hari ini sedang tidak baik-baik saja. Banyaknya kasus bunuh diri menjadi sinyal terhadap penguasa bahwa masyarakat butuh pengasuhan lebih baik. Sekularisme yang menegasikan peran Allah SWT di dalam kehidupan, menjadikan aturan manusia sebagai pengontrol kehidupan. Alhasil terjadi tarik menarik kepentingan antara penguasa atau para kapital.

 

Masyarakat dibiarkan mengarungi kehidupannya di tengah kondisi yang serba sulit. Pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan, serta kesehatan dan pendidikan, memerlukan biaya tinggi. Hak-hak masyarakat tidak terpenuhi. Negara tidak hadir dalam setiap persoalan masyarakat. Bahkan mengeluarkan berbagai kebijakan yang tidak bijak.

 

Keamanan pun menjadi perkara yang sulit diraih. Beragam kasus kejahatan berkelindan di tubuh masyarakat, menyasar keluarga dan menggoyahkan bangunannya. Kerusakan yang terjadi secara sistemik, buah dari penerapan sekularisme. Akibat tidak berhukum dengan hukum Allah, maka kehidupan menjadi kering dari nilai ruhiyah.

 

Tidak adanya suasana keimanan, pun mengakibatkan individu sulit bertahan. Tak memiliki sandaran hidup. Tatkala ia menghadapi masalah, tak mampu menemukan solusi. Ditambah lagi negara lepas tangan, dan masyarakat yang ada, individualis, maka lengkap sudah penderitaan.

 

Maka wajar, manusia yang hidup dalam pola asuh sekularisme menjadi rapuh dan mudah putus asa. Hingga akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya ketimbang hidup dalam kesempitan. Bunuh diri menjadi solusi kekinian. Inilah yang akhirnya menjadikannya tren yang ditawarkan kehidupan ala sekularisme.

 

Solusi Islam

Islam tidak hanya terdapat pada area ibadah saja, namun mencakup seluruh aspek kehidupan. Syariat yang datangnya dari Allah, tidak hanya berupa aturan atau hukum, tetapi juga berfungsi sebagai mualajah atau solusi permasalahan manusia. Penerapan seluruh syariat Allah akan melahirkan rahmat bagi semesta alam.

 

Banyaknya kasus bunuh diri, justru terjadi akibat penerapan sekularisme yang membuat manusia jauh dari syariat. Kondisi ini semakin menjadi-jadi tatkala masyarakat pun tidak lagi melakukan aktivitas muhasabah. Maka ketika salah seorang anggota masyarakat menemui masalah, ia terpaksa berjibaku dan menghadapinya sendiri.

 

Kehidupan serba sempit yang dihasilkan pola asuh sekularisme, membuat seseorang mudah putus asa. Tidak mampu menemukan jalan ke luar, tidak dapat mengelola stres, dan akhirnya mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.

 

Imam Ahmad, dalam riwayat Muhammad bin ‘Auf bin Sufyan al-Hamshi:
Akan terjadi) fitnah (kekacauan) jika tidak ada seorang imam (khalifah) yang mengurusi urusan manusia (Al-Qadhi Abu Ya’la al-Farra’, Al-Ahkamus Sulthaniyyah, halaman 23).

 

Dalam Islam, penguasa bertanggung jawab sebagai pengurus (raa’in) dan pelindung (junnah). Ia bertanggung jawab kepada Allah SWT terhadap seluruh pengelolaan urusan umat. Pemimpin yang amanah akan menjaga hak rakyat. Maka tidak akan ada urusan mereka yang terbengkalai, sebab penguasa telah turun tangan memperbaikinya.

 

Seluruh kebutuhan pokok rakyat pun dalam jaminan negara, baik berupa pangan, sandang dan papan serta pendidikan, kesehatan dan keamanan. Negara menerapkan Islam dengan adil dan menegakkan hudud Allah. Seluruhnya ditopang oleh ketakwaan individu, masyarakat yang mengayomi dan para penguasa yang menerapkan Islam kaffah.

 

Media sosial pun ada dalam kendali Islam. Maka tidak akan dibiarkan konten rusak yang akan menggelincirkan pemikiran, berkelindan dalam kehidupan umat. Negara akan terus menyampaikan dakwah, sehingga masyarakat pun akan tersuasanai dengan atmosfer keimanan. Setiap individu terpacu menjadi pribadi baik sebagaimana tuntunan Islam.

 

Negara memiliki visi misi besar yakni menjadikan Islam sebagai satu-satunya mabda yang utama. Maka akan terbentuk umat terbaik, sebab masyarakat terlibat di dalamnya mengemban visi misi tersebut. Terbukti Islam akan menjadi rahmat bagi semesta alam ketika diterapkan secara kaffah. Allahumma ahyanaa bil Islam.

Artikel Lainnya

Serangan Produk Asing, Bagaimana Perlindungan Negara?

Dilansir dari KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Heru Sutadi seorang pengamat teknologi, mengatakan, Project S akan mengancam keberlangsungan UMKM di Indonesia. Ini yang kita takutkan di mana produk-produk luar negeri dengan mudah dapat dijual dan masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, tentu akan berdampak negatif bagi UMKM di Indonesia. Jadi harus ada perhatian, jelas Heru dalam keterangannya, Senin (10/7).
Inilah Nasib pengusaha UMKM di bawah penerapan sistem kapitalisme alih-alih mendapatkan kesejahteraan, pengusaha UMKM malah dijadikan sebagai tumbal untuk menyelamatkan ekonomi kapitalis yang makin terpuruk. Kondisi ini semakin membuktikan bahwa penguasa dalam sistem kapitalisme hanya bertindak sebagai pelayan korporator baik lokal maupun asing, bukan pelayan rakyat. Kondisi tersebut tidak akan terjadi di dalam Khilafah yang menerapkan aturan Islam secara Kaffah. Khilafah akan menetapkan sistem ekonomi Islam termasuk dalam persoalan perdagangan.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *