Tawuran, Naluri eksistensi yang Ekspresif

Oleh: Indriani
(Praktisi Pendidikan, Ngaglik, DIY)

Penulis yakni praktisi pendidikan sekaligus pernah menyenyam jenjang pendidikan di SMK Teknik Magelang, mengamati dan menganalisa kejadian tawuran yang terjadi antara pelajar SMK Purworejo dengan SMK Magelang, merilis dari sumber berita TRIBUNJOGJA.COM, PURWOREJO – Aksi tawuran antar pelajar terjadi di Jalan Purworejo – Magelang KM 16, Dusun Simpu, Desa Ketosari, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pada Senin (17/7/2023) sore.

Naluri eksistensi siswa putra adalah sesuatu yang fitroh, apalagi di usia remaja saat mengenyam pendidikan level SMK. Penulis mengamati bahwa naluri kepemimpinan dan jiwa eksistensi yang salah penyaluran maka akan mengakibatkan pada salahnya dalam tindakan. Merujuk pada sebuah kitab pilar-pilar nafsiyah, bahwasanya pola sikap seseorang sangat berkaitan dengan pola pikir dalam benak orang tersebut. Pola pikir liberal di kalangan pelajar menjadi indikasi liarnya kebebasan berpikir yang teraplikasi dalam liarnya berekspresi.

Sungguh disayangkan aksi premanisme bersragam, generasi yang seharusnya mengedepankan intektual beradab, hadir dengan ekspresi tawuran dengan begitu liar. Sebuah pola pikir liberal oleh kalangan pelajar, tentunya sangat erat kaitannya dengan sebuah sistem liar pula yang ada di level negara. Negara dengan berbagai kurikulum pendidikan, tak mampu menancapkan keimanan bagi para pelajar, sehingga pola sikap yang tercermin tak jauh dari rangkaian sebuah sistem yang gagal mengedukasi para pelajar untuk bermental arif dan ahsan.

Bicara masalah naluri eksistensi, tentunya dalam pandangan Islam tidak bisa dihilangkan begitu saja, namun bisa alihkan. Bahkan dalam bingkai Daulah Khilafah, para pemuda sangat bisa menyalurkan naluri kepemimpinannya dengan jihad melawan musuh, yang bisa masuk dalam wadah kemiliteran negara. Sumber daya manusia yang unggul, wawasan tsaqofah Islam yang akan mendorong setiap pemuda untuk bisa mengekspresikan jiwa kepemimpinannya dalam wadah yang benar dan dalam bertindak dalam dorongan keimanan, sehingga akan memperoleh pahala.
Tentunya hal tersebut, akan dapat dirasakan bila sebuah sistem Islam hadir di tengah-tengah umat, yang sedang sakit ini. Para pelajar dengan usia yang sangat produktif menjadi bibit unggul, yang patut dibanggakan dan menjadi teladan bagi generasi selanjutnya.

Wallahu’alam bi showab.

Artikel Lainnya

Pemerataan Pembangunan Desa, Akankah Menjadi Realita?

Realitasnya bahwa tak semua desa mampu secara finansial membiayai pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya sendiri. Meski ada program Dana Desa yang konon katanya adalah bentuk perhatian pemerintah nyatanya terselip motif lain yaitu neoliberalisme ekonomi melalui sektor pariwisata dan sumber daya alam strategis yang dimiliki oleh tiap desa di negeri ini. Rupanya dibalik program-program yang dicanangkan untuk mengelola desa di dasarkan pada untung dan rugi.

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *