“The Real” Penjajah?

 

Sesungguhnya imam adalah junnah (perisai), orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung,…“ (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasaai dan Ahmad)

Di saat penduduk negeri ini menjalankan ibadah di bulan Ramadhan dalam suasana tentram, saudara Muslim kita di Palestina sebaliknya. Tiada angin tak ada hujan, tentara Israel tiba-tiba menyerbu masjid Al Aqsha dengan membabi buta. Menyerang jamaah yang sedang menunaikan sholat tarawih dan berdiam di rumah Allah tersebut. Parah. Sangat wajar jika publik internasional ramai mengecam Israel yang melakukan perbuatan terkutuk tersebut.

Meski menyisakan tanya, mengapa baru sekarang, namun kecaman dari berbagai negara yang ditujukan ke Israel layak diapresiasi. Persoalannya, cukupkah sebatas kecaman, kutukan atau uluran bantuan? Sementara tiap detiknya penduduk Muslim Palestina berjibaku dengan desingan peluru dan kerasnya pukulan penjajah. Tentu tidak!

Petaka yang terus berulang ke sekian kali harusnya menggugah kesadaran umat akan solusi yang tuntas dan menyeluruh. Sebab bukti sudah sedemikian jelas, Muslim Palestina selama ini telah dijajah. Solusi dua negara yang menjadi resolusi PBB kenyataannya tak pernah digubris. Bukan semata karena arogansi penjajah tapi juga sulit diwujudkan. Ibarat kapal dengan dua nahkoda, apa mungkin? Mustahil.

Berkaca dari sejarah, tanah Palestina sejak mula adalah tanah milik umat Islam. Ketika wilayah Palestina berada di bawah kekuasaan kekhalifahan Utsmaniyah (Ottoman) tahun 1867-1909, maka tidak ada upaya lain yang bisa dilakukan Yahudi kecuali dengan membujuk Khalifah saat itu agar mau menyerahkan sepetak wilayah Palestina kepada Yahudi, atau setidaknya mengizinkan migrasi bangsa Yahudi ke wilayah tersebut. Namun simak apa yang dikatakan Sultan Abdul Hamid II kala itu,
“Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina),
karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka.
Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika Daulah Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Daulah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”
(Sultan Abdul Hamid II, 1902)

Malangnya kekuasaan Islam tersebut kemudian runtuh. Tak lama digelarlah Deklarasi Balfour, Inggris menyatakan sejengkal tanah Palestina adalah milik bangsa Yahudi. Selanjutnya 29 November 1947, PBB mengumumkan persetujuan berdirinya negara Israel yang diamini oleh AS, dengan wilayah Israel meliputi 55% tanah Palestina. Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Gurion lantas melakukan pengusiran dan pembunuhan kepada kaum Muslim di Palestina. Sampai kini Israel dengan brutal telah menginvasi hingga menguasai lebih dari 90% wilayah Palestina (republika.co.id).

Maka tiada pilihan lain. Penyelesaian yang tuntas menyentuh sampai akar masalah mutlak dibutuhkan. Jelas bukan dengan bersandar pada negeri-negeri besar di dunia macam Paman Sam atau pun negerinya Pangeran Charles. Karena bila mereka mau, hal mudah untuk mengusir Israel dari bumi Palestina. Tapi mereka memilih tidak melakukannya.
Berikutnya haruskah menaruh asa pada PBB? Sami mawon. Justru PBB yang meresmikan eksistensi negara berlambang bintang segi enam itu melalui resolusi-resolusinya. Bahkan solusi dua negara (twonation-state) yang ditawarkan pun absurd untuk diwujudkan. Sebab hal itu berarti mengakui status kepemilikan tanah Palestina oleh Israel padahal jelas bukan hak milik mereka.
Sungguh Allah Swt. sudah lebih dahulu dengan tegas melaknat Bani Israil hingga akhir zaman.

 

Allah Swt. berfirman,
“Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut? Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. al–Maidah : 60).

 

Bagaimana dengan negeri kita tercinta? Harus diakui belum lama Indonesia secara tegas menolak kedatangan tim sepak bola Israel dengan alasan tak sejalan dengan konstitusi. Pada alinea pertama Pembukaan UUD 1945 tertuang penentangan terhadap segala bentuk penjajahan di muka bumi. Wajarlah bila timnas Israel tak dibiarkan menginjakkan kakinya di Indonesia. Namun jika ingin jujur, kebijakan yang ditempuh negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini terlihat berhenti sebatas penolakan dan pembelaan, belum lebih dari itu. Sangat disayangkan, mengingat kondisi serupa juga berlaku di negeri-negeri Muslim lainnya. Padahal andaikan seluruh umat Muslim berikut penguasanya masing-masing bersatu mengerahkan kekuatan milter maupun non militer, niscaya mengusir zionis penjajah jadi perkara mudah. Kuncinya hanya satu, harus ada tekad yang kuat dari segenap elemen penguasa negeri Muslim. Malangnya, sekat antar bangsa alias Nasionalisme tak pelak jadi penghalang. Urusan saudara seiman tak lagi jadi masalah bersama hanya karena berbeda bendera bangsa.

Untuk itu satu-satunya solusi bagi saudara kita di Palestina dan Muslim dunia adalah ditegakkannya kembali kepemimpinan global bagi Kaum Muslim. Yaitu diterapkannya syariah kafah di bawah kepemimpinan seorang imam alias Khalifah.
Rasulullah saw. bersabda,
Dulu Bani Israel diurus oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, ia digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak ada nabi sesudah aku. Yang akan ada adalah para khalifah dan mereka banyak.”( HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibn Majah). 

Kelak Khalifah bakal menjelma seperti dalam kutipan hadis di awal tulisan. Sebagai perisai yang melindungi umat.
Khalifah nantinya yang akan memimpin dan mengomandoi sekitar 1,5 milyar kaum Muslim di seluruh dunia untuk berjihad. Sebab hanya tersisa dua kata, khilafah dan jihad untuk mengubur Zionis Yahudi. Inilah satu-satunya solusi yang diberikan Allah dan Rasul saw.
Belum akan tiba kiamat sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi. Kemudian mereka akan diperangi oleh kaum muslimin sehingga batu dan pohon sampai berkata: ‘Hai kaum muslimin, wahai hamba Allah, inilah seorang Yahudi tersembunyi di belakangku, datangilah dan bunuhlah.” (HR. Bukhari & Muslim)

Akhir kata, mari bersama wujudkan kesadaran politik bahwa satu-satunya solusi ialah tegaknya kembali sistem Islam secara kafah yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Melalui jalan dakwah yang sebelumnya telah ditempuh Rasulullah saw. dan para sahabat. Wallahua’lam.

 

Artikel Lainnya

Beribadah dengan Fokus, Stop Tajassus !

Dilansir dari SOREANG,AYOBANDUNG.COM– tarawih pertama di bulan suci Ramadhan pada Rabu 22 Maret 2023 malam di Kabupaten Bandung dijaga oleh petugas kepolisian.

Padahal Masjid begitu mulia dimata kaum Muslim. Lantas bagaimana hukum tajassus (memata-matai) dalam Islam?
Allah Subhanahu WaTa’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain (Tajassus)….” (TQS. Al-Hujarat [49]:12).

Dalam sistem sekuler, tidak heran kini hukum dibuat oleh manusia sendiri yang memiliki hawa nafsu, maka dipastikan condong pada kepentingan individu atau kelompok tertentu saja serta tidak memandang halal dan haram.

berbeda jika dalam sistem Islam, apabila kita melihat kembali bahwa masjid adalah tempat yang mulia bagi kaum muslim tempat kaum muslim bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah, tidak hanya untuk sholat dan baca Al Qur’an saja namun menjadi pusat aktivitas kaum muslim. Tempat dimana menjadikan kita beribadah dengan fokus, bukan malah tajassus.

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *