MMC : Food Estate Alami Kegagalan, Ketahanan Pangan Tidak Mampu Diwujudkan

Muslimah Media Center (MMC) dalam Serba-serbi MMC melalui kanal Youtube Muslimah Media Center (MMC) Channel, Sabtu (21/03/2023). mengungkapkan bahwa food estate alami kegagalan, ketahanan pangan tidak mampu diwujudkan. Program food estate selama dua tahun ini bisa menjadi bukti nyata kegagalan penguasa kapitalisme dalam mewujudkan ketahanan pangan.

 

Kegagalan pangan ini berpangkal pada kebatilan persepsi terkait pengurusan rakyat. Dalam kapitalisme, orientasi kebijakan terpaku pada keuntungan. Asas kebebasan kepemilikan membuat negara tidak bisa menghalangi para kapital swasta baik asing maupun lokal dalam menguasai kekayaan alam termasuk hutan.

 

Mekanisme investasi senantiasa dijadikan sumber pemasukan program pemerintahan karena ketiadaan dana, karena itu sekalipun telah banyak analisa dan kritikan yang diberikan oleh para ahli lingkungan pertanahan dan tanaman pada awal program akan dimulai, negara tidak menghiraukannya, bahkan tanpa beban menyerahkan kebijakan bukan pada ahlinya, tanpa dukungan teknologi dan sumber daya manusia yang handal. 

 

Solusi

 

Maka, untuk mewujudkan ketahanan pangan, sistem Islam memiliki beberapa kebijakan yang dikeluarkan dengan   memperhatikan konsep pengaturan lahan dalam Islam yang meliputi : pertama, Islam memandang tanah memiliki tiga status kepemilikan, yakni milik individu, umum dan negara. Kedua, lahan pertanian yang tidak digarap selama tiga tahun lebih maka hak kepemilikannya bisa dicabut. Ketiga, sistem Islam akan memetakan lahan-lahan sesuai dengan kondisi dan struktur lahan. Keempat, sistem Islam akan mendampingi dan memenuhi kebutuhan pertanian di lahan yang telah ditetapkan dari kas Baitul mal.  Wallahu a’lam bish showab.

Artikel Lainnya

Pemerataan Pembangunan Desa, Akankah Menjadi Realita?

Realitasnya bahwa tak semua desa mampu secara finansial membiayai pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya sendiri. Meski ada program Dana Desa yang konon katanya adalah bentuk perhatian pemerintah nyatanya terselip motif lain yaitu neoliberalisme ekonomi melalui sektor pariwisata dan sumber daya alam strategis yang dimiliki oleh tiap desa di negeri ini. Rupanya dibalik program-program yang dicanangkan untuk mengelola desa di dasarkan pada untung dan rugi.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *