Pemberdayaan Pemuda dalam Kapitalisme, Menguntungkan Siapa?

Bonus demografi yang sedang dialami Indonesia, membuat negara harus memanfaatkannya. Bagaimana tidak. Sebanyak 69% penduduk Indonesia hingga bulan Juni 2022 lalu masuk kategori usia produktif. Yaitu usia antara 16-64 tahun. Di mana mayoritas dari kalangan usia produktif adalah pemuda. Yaitu yang memiliki usia antara 16-30 tahun sesuai dengan UU 40 tahun 2009. Pemuda dengan segala potensi yang ada adalah aset negara. Di tangan pemuda pula nasib bangsa selanjutnya dipertaruhkan.

Hal ini pula yang membuat para kapitalis pemegang kebijakan politik turut mengincar pemuda menjadi objek pembangunan. Yaitu dengan cara melakukan pemberdayaan terhadap pemuda. Lantas, apa saja bentuk pemberdayaan tersebut? Lalu, akankah hal itu menguntungkan bangsa dan negara?

Sebenarnya, keterlibatan pemuda dalam program pembangunan berkelanjutan sudah ada dalam program Youth Global Programme for Sustainable Development and Peace atau Youth-GPS tahun 2016-2020. Di Indonesia sendiri, program pemberdayaan pemuda masuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Di mana pembangunan pemuda di lihat dalam lima dasar yaitu
pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, partisipasi dan kepemimpinan, serta gender dan diskriminasi. Implementasinya adalah dengan melibatkan pemuda di dalam aspek pendidikan yang sejatinya lebih mengarahkan kepada pembangunan ekonomi nasional.

Pemuda didorong aktif untuk mengejar laju pertumbuhan ekonomi dengan memberikan peluang kerja kepada pemuda. Untuk menunjang hal itu, maka pemuda diberikan pelatihan keterampilan agar mampu mengikuti kebutuhan para korporat. Adanya pendidikan vokasi juga turut mengantarkan pemuda hanya menjadi orang yang terampil namun tidak ahli di bidang tertentu. Tak hanya itu, digitalisasi di kalangan pemuda mendorong pemuda agar bisa mengambil kesempatan untuk menarik pundi-pundi uang. Banyak pemuda diarahkan pula untuk menjadi entrepreneur agar mampu mendongkrak ekonomi negara.

Alhasil, pemuda hanya akan menjadi pekerja murah berkualitas dan disibukkan untuk memperoleh keuntungan materi semata. Pemuda dijauhkan taraf berpikirnya dalam mencari solusi atas masalah yang terjadi dalam negeri. Pemuda hanya diberikan pemikiran yang pragmatis sehingga tak mampu menjadikan dirinya sebagai agen perubahan. Pemuda akan kehilangan sifat kritis terhadap permasalahan yang terjadi. Pemuda juga akan dicukupkan dengan pemikiran sekuler sehingga ajaran agama tak lagi menjadi pedoman dalam kehidupan.

Memang, secara ekonomi, ada peningkatan taraf hidup pada sebagian pemuda yang bisa mengambil kesempatan ini. Akan tetapi, sifat hedonisme dalam sistem sosial pemuda turut membuat pemuda banyak menghabiskan waktunya untuk kesenangan dunia semata. Sehingga pemuda sulit terlepas dari jeratan sistem kapitalisme yang hanya akan menghabiskan potensi pemuda untuk mengejar materi. Pemuda tak lagi memandang bahwa ada kehidupan akhirat yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Inilah gambaran dari pemberdayaan pemuda dalam sistem kapitalisme. Semua itu sejatinya hanya akan menguntungkan para kapitalis. Karena mereka akan terus menjalankan roda ekonomi kapitalistik dengan membajak potensi pemuda masa kini. Eksplorasi dan eksploitasi potensi pemuda terus dilakukan oleh sistem kapitalisme. Mereka menjadikan pemuda menjadi orang-orang yang konsumtif dan mudah diarahkan oleh arus yang ada saat ini.

Bahkan sebagian mental pemuda juga telah terganggu. Hingga pemuda tak jarang yang turut menghilangkan nyawa sendiri hanya karena masalah tertentu. Pemuda menjadi sosok yang labil secara mental dan emosi karena tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Sebagian besar pemuda juga memiliki adab dan akhlak yang buruk. Di mana tidak menampilkan sosok yang memiliki pola sikap yang islami.

Oleh karena itu, sudah saatnya pemuda sadar bahwa segala arahan tidak boleh diterima begitu saja. Pemuda harus berpikir kritis dan solutif agar tercipta perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat. Hal ini akan dapat diraih ketika pemuda memahami jati diri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Pencipta yaitu Allah Swt. Tak hanya itu, pemuda juga harus aktif mengikuti pembinaan intensif dan berkala. Sebuah pembinaan yang mampu menuntun mereka kepada solusi atas segala permasalahan kehidupan. Solusi yang berasal dari Allah Swt. Yaitu solusi Islam.

Sehingga pemuda tidak kehilangan identitas mereka sebagai calon pemimpin bangsa yang adil dan amanah. Yaitu menjadi pemimpin yang mampu melihat masalah secara keseluruhan dan mampu memberikan solusi tuntas atas segala permasalahan hidup. Pemuda juga akan menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan sesuai dengan apa yang telah Allah dan Rasul-Nya perintahkan. Wallahu a’lam bishawab.

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *