Multaqa Ulama Alquran, Harapan Umat Menuju Perubahan Hakiki
Multaqa Ulama Alquran, Harapan Umat Menuju Perubahan Hakiki
Gelaran akbar Multaqa Ulama Alquran di Pesantren Al Munawir Krapyak, Yogyakarta telah usai. Acara yang dihadiri oleh 340 peserta yang terdiri dari para ulama, akademisi, praktisi, dan peneliti Alquran dari dalam dan luar negeri telah melahirkan enam rekomendasi metode pembelajaran Alquran berbasis perguruan tinggi dan pesantren di Indonesia.
Sesuai tema yang diangkat “Pesan Wasathiyah Ulama Alquran Nusantara”, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Muhammad Ali Ramdhani menyatakan salah satu butir rekomendasi adalah pengarusutamaan wasathiyah atau jalan tengah sebagai metode berpikir, bersikap, dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu Multaqa Ulama Alquran juga mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan mulai dari perjenjangan hingga desain kurikulum. Poin rekomendasi lainnya yaitu revitalisasi sanad Alquran dan penanaman nilai-nilainya secara komprehensif. Inilah hasil akhir dari acara Multaqa Ulama Alquran yang diselenggarakan dari tanggal 15 – 17 November 2022. (Antara, 17/11/2022)
Islam adalah agama yang mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia bukan hanya terhenti pada ranah individu atau ritual ibadah semata. Geliat untuk menerapkan Islam kaffah pun mulai tampak di seluruh penjuru dunia tak terkecuali di Indonesia. Demi menjegal kekuatan yang ditengarai akan bangkit kembali di masa depan dan mampu menandingi kekuasaannya yaitu Islam, berbagai propaganda pun diluncurkan.
Dalam buku Building Moderate Muslims Networks yang dirilis oleh Rand Corporation (pusat penelitian dan kajian strategis dalam menghadapi dunia Islam) pada bab kelima dibahas tentang peta jalan untuk membangun jaringan moderat di dunia Islam (Roadmap for Moderate Network Building in the Muslims World). Ketika Barat memberikan ciri muslim moderat adalah orang-orang yang menyebarluaskan kunci peradaban demokrasi.
Termasuk di dalamnya adalah HAM, kesetaraan gender (feminisme), pluralisme, dan menerima sumber-sumber hukum non sektarian serta melawan terorisme dan bentuk legitimasi terhadap kekerasan. Barat menginginkan kaum muslim sejalan dengan pemikiran dan ide-idenya, dirancanglah strategi dari mengotak-atik dalil agar sesuai dengan kepentingan mereka.
Maka lahirlah salah satunya yaitu konsep Islam wasathiyah yang merupakan bagian dari moderasi Islam. Dalil yang biasa digunakan untuk menguatkan pendapat ini adalah surat Al Baqarah ayat 143 :
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ
Artinya : “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu… “ (QS. Al Baqarah : 143)
Memaknai ummat(an) wasath(an) dengan sikap moderat atau pertengahan antara benar dan salah adalah suatu kesesatan. Kaum muslim akan mencari jalan tengah agar bisa memadupadankan syariat Islam dengan konsep Barat yang mana hal ini malah akan mengantarkannya untuk tidak terikat syariat Islam itu sendiri.
Imam Ath Thabari menjelaskan ada 13 riwayat yang menunjukkan bahwa al wasath berarti al ‘adl yaitu hanya orang-orang adil yang bersikap seimbang dan merupakan orang pilihan. Syaikh Atha’ bin Khalil menjelaskan Allah Ta’ala menjadikan umat Muhammad SAW sebagai umat yang adil diantara umat-umat lain untuk menjadi saksi atas umat manusia. Keadilan adalah pokok. Sedangkan wasath dalam perkataan orang Arab berkonotasi dengan al khiyar (pilihan), dan orang terpilih dari umat manusia adalah mereka yang berbuat adil.
Jadi ketika ummatan wasathan diejawantahkan sebagai Islam moderat atau pertengahan dan toleran justru semakin menjauhkan kaum muslimin dari syariat Islam. Begitupun agenda revitalisasi Alquran sama dengan bentuk liberalisasi Islam dengan kedok moderasi bahkan sejatinya merupakan bentuk taghrib yaitu westernisasi.
Kaum muslim wajib menyadari bahwasanya Islam wasathiyah hanyalah wajah buruk proyek bernama moderasi yang terus digaungkan oleh Barat demi menjauhkan umat Islam dari syariat agamanya serta menghalangi kebangkitan Islam menjadi sebuah kekuatan dunia baru yang nantinya mampu menandingi kekuasaan dan menghapus imperialisme Barat terhadap negeri-negeri Islam saat ini.
Di sinilah peran besar para ulama untuk menjelaskan kepada umat bahaya dari proyek moderasi Barat. Bukan malah menjadi perpanjangan tangan untuk melemahkan Islam dengan mengarusutamakan Islam wasathiyah ke tengah kaum muslimin dan andil merevitalisasi Alquran agar bisa disesuaikan dengan kepentingan Barat.
Imam Al Ghazali berpendapat, “Tidaklah terjadi kerusakan rakyat itu kecuali dengan kerusakan penguasa, dan tidaklah rusak para penguasa kecuali dengan kerusakan ulama.” Ulama adalah pelita umat, pewaris para nabi, tempat bertanya dan rujukan berbagai macam persoalan yang menimpa umat.
Selain itu, kerusakan serta buruknya kondisi umat Islam saat ini tidak lain karena tidak diwujudkannya Islam sebagai the way of life (jalan hidup) baik dalam mengatur urusan individu, masyarakat, dan negara. Ide dan pemikiran Barat yang buruk dan menyesatkan serta diamnya para ulama menjadikan kondisi umat Islam bertambah buruk setiap harinya.
Sudah saatnya para ulama menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan penegakkan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai institusi negara (Daulah Khilafah), menyampaikan risalah Islam melalui lisannya (dakwah) seperti yang dilakukan para nabi, dan menjadi pelita yang menerangi kegelapan agar umat tetap di jalan yang benar (shirattal mustaqim) dan semakin mendekatkan kaum muslimin kepada ketaatan terhadap Allah Ta’ala.
Wallahu’alam bishawab.
Komentar