Inilah Peran Ulama Bagi Umat Islam

Dalam agama Islam, ulama memiliki peran besar dalam menjaga ajaran Islam. Kata ulama berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata tunggal ‘alim atau orang yang berilmu. Oleh karena itu, sebutan ulama biasanya diberikan kepada mereka yang “faqih fiddin” atau yang memahami Islam.

Ulama juga memiliki pengaruh besar di dalam pemikiran Islam yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Sebab ulama juga melakukan amar makruf nahi munkar dan menjadi pembatas antara kebaikan dan keburukan.

Sayangnya, tak semua ulama dapat dikatakan shalih atau benar. Ada ulama su’u atau buruk karena ulama ini bukannya mengajak masyarakat untuk bertakwa malah mengajak masyarakat untuk melakukan hal yang bertentangan dengan syariat Islam. Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi?

Di dalam sistem sekuler saat ini, godaan untuk mendapatkan keuntungan materi merupakan hal yang sulit ditolak. Sulitnya mendapatkan kesejahteraan hidup hampir selalu menjadi alasan seseorang mengejar materi dunia termasuk mereka yang disebut ulama. Sehingga, sistem ini juga melahirkan ulama su’u atau ulama jahat yang sangat dibenci oleh Rasulullah saw.

Ulama su’u hadir ketika ia menjadi pembela rezim yang zalim atau memfatwakan sesuatu yang haram agar dianggap halal atau sebaliknya. Keberadaan ulama su’u merupakan petaka bagi umat Islam. Sebab ia akan menjauhkan umat Islam dari rahmat Allah Swt.

Keberadaan ulama su’u telah diperingatkan oleh Rasulullah Saw. Beliau Saw bersabda, ”Ingatlah, sejelek-jelek keburukan adalah keburukan ulama dan sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan ulama”. (HR Ad Darimi).

Rasulullah saw juga telah mengingatkan siapa saja yang termasuk ke dalam golongan ulama su’u. Beliau saw bersabda, “Kebinasaan bagi umatku (datang) dari ulama su’, mereka menjadikan ilmu sebagai barang dagangan yang mereka jual kepada para penguasa, masa mereka untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. Allah tidak akan memberikan keuntungan dalam perniagaan mereka itu.” (HR Al-Hakim).

Meski di tengah-tengah masyarakat terdapat ulama su’u, masih banyak dijumpai pula ulama shalih yang selalu melakukan amar makruf nahi munkar. Merekalah ulama yang senantiasa mendakwahkan Islam dan menyuarakan penerapan syariat Islam di dalam kehidupan.

Mereka adalah ulama akhirat yang senantiasa terpaut dengan syariat Islam. Mereka adalah ulama sejati, ulama pewaris para nabi yang menjadikan hidup matinya di jalan Allah Swt.

Ulama shalih hadir meski mereka harus menerima cap negatif yang sengaja disematkan agar masyarakat tidak merujuk kepada mereka. Bahkan tak jarang ulama shalih juga mendapatkan penolakan dari masyarakat dan rezim zalim saat ini.

Oleh karena itu, umat Islam harus cerdas untuk memilih dan membedakan antara ulama shalih dan ulama su’u. Umat Islam harus senantiasa berhati-hati agar terhindar dari fitnah yang diberikan oleh ulama su’u.

Umat Islam harus senantiasa mengkaji Islam secara keseluruhan agar mengetahui mana yang haq (benar) dan bathil (salah). Umat Islam juga senantiasa menjaga keimanan dan ketakwaan agar keberadaan ulama shalih tetap terjaga karena adanya generasi pewaris para ulama.

Wallahu a’lam bishawab.

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *