Generasi Harapan Bangsa dalam Krisis Moralitas

Seolah tak memiliki hati nurani, belum lama ini sempat viral video penganiayaan beberapa pelajar dari Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, terhadap seorang nenek yang sedang berjalan di pinggir jalan.

Aksi penganiayaan tersebut diketahui terjadi pada Sabtu (19/11). Dalam sebuah video yang beredar nampak awalnya para pelajar itu mendatangi korban. Meski tak terdengar jelas apa yang dibicarakan. Tak berlangsung lama, ada salah satu pelajar yang turun dari motor dan langsung menendang korban. Nenek itu pun terjatuh kemudian langsung berdiri dan pergi dalam keadaan menangis. Mirisnya, bukannya merasa menyesal para pelajar itu justru terlihat tertawa terbahak-bahak usai melakukan perbuatannya. (Kumparan.com, 20/11/2022)

Masih tentang kasus pembullyan yang dilakukan oleh para pelajar. Beberapa waktu lalu juga sempat viral di sosial media aksi perundungan seorang siswa di SMP Baiturrahman, Kota Bandung. Dalam video yang diunggah akun Twitter @DoniLaksono, tampak seorang siswa memasang helm pada korban. Kemudian pelaku menendang kepala korban hingga terjatuh. Alih-alih menolong, teman-teman korban yang berada di dalam kelas hanya melihat aksi bully tersebut dan malah menertawakannya. (Kumparan.com, 20/11/2022)

 

Bukti Kegagalan Sistem Pendidikan Kapitalis

Sungguh memilukan, nampak jelas kerusakan moral generasi muda hari ini sudah sangat mengkhawatirkan. Aksi pembullyan malah dijadikan ajang bercandaan dan bahan tertawaan. Tak hanya teman sejawat, bahkan orang tua renta yang harusnya dikasihi dan dihormati pun tak terhindar dari aksi tak manusiawi mereka.

Inilah potret buram hasil didikan sistem kapitalisme. Bukannya melahirkan generasi panutan bangsa, tetapi justru yang tercipta adalah output-output tak bermoral dan tidak memiliki rasa belas kasih.

Dalam sistem kapitalisme, pendidikan dipandang hanya sebagai wadah atau jalan untuk dapat menghasilkan puing-puing materi dikemudian hari. Para pelajar hanya difokuskan untuk mengejar nilai tinggi, namun tidak ditanamkan kepribadian yang khas sesuai ajaran agama (Islam). Alhasil meski cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi nihil dalam perkara akhlak mulia.

Disamping itu akibat pandangan hidup sekularisme (pemisahan aturan agama dari kehidupan) hari ini, melahirkan gaya hidup hedon dalam diri generasi muda. Mereka tak paham akan tujuan hidupnya dan perannya sebagai harapan bangsa dalam menciptakan peradaban gemilang. Mereka justru terjebak dalam euforia dunia yang semu, bertindak sesuka hati tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi dikemudian hari.

 

Melahirkan Generasi Rabbani dengan Sistem Islam

Dengan semakin merebaknya berbagai kasus kenakalan remaja yang sangat memilukan tersebut harusnya umat bisa menyadari bahwa sejatinya sudah saatnya kita keluar dari sistem rusak sekuler kapitalis hari ini. Umat membutuhkan sistem hidup solutif yang telah terbukti mampu menyelesaikan berbagai macam persoalan kehidupan dan dalam hal ini hanya Islamlah satu-satunya solusi atas hal ini.

Selama belasan abad, ketika Islam dijadikan sebagai ideologi yang melahirkan aturan kehidupan yang komperhensif. Bukan hanya dalam urusan ibadah mahdah tetapi juga menjadi sistem kepemimpinan dalam lingkup negara, terbukti Islam mampu mencetak banyak generasi gemilang, tak hanya menguasai teknologi dan ilmu-ilmu terapan tetapi juga memiliki ketakwaan yang melahirkan akhlak yang mulia.

Misalnya saja seorang pemuda ahli matematika penemu angka 0 yang bernama al-Khawarizmi, seorang ahli fisika bernama al-Biruni, pakar kimia bernama Jabir bin Hayyan, ahli filsafat Ibnu Rusyd, pakar sejarah dan sosiologi bernama Ibnu Khaldun, seorang yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern yakni Ibnu Sina, dan masih banyak lagi generasi-generasi gemilang lainnya yang lahir pada masa itu, ketika slam masih menjadi sistem kehidupan.

Terdapat tiga Kunci penting dalam mencapai keberhasilan pada sistem pendidikan Islam, sehingga mampu melahirkan output generasi yang berkualitas, diantaranya adalah: Pertama, menjadikan akidah Islam/keimanan sebagai dasar pendidikan. Dalam proses pendidikan akan ditanamkan dalam diri para pelajar keimanan kepada Allah SWT dan ketaatan pada ajaran Islam. Dengan begitu setiap ilmu yang dipelajari menjadikan mereka semakin beriman dan bertakwa.

Kedua, mempunyai tujuan yang jelas, yaitu mencetak generasi yang berkepribadian Islam (bersyakhsiyyah islâmiyyah). Bukan semata mencetak para pekerja di dunia industri atau menjadi para pengusaha sebagaimana tujuan sistem pendidikan kapitalis hari ini. Sehingga output yang dilahirkan tidak hanya menguasai ilmu-ilmu terapan dan sains tetapi juga memiliki adab dan akhlak yang mulai.

Ketiga, saat ada pelanggaran atau tindak kriminal, negara akan menerapkan hukum yang tegas kepada pelakunya. Negara akan menerapkan sanksi bagi para pelanggar hak-hak masyarakat. Remaja dan pelajar yang melakukan tindak kriminal, jika mereka telah terbukti balig, maka akan diberi sanksi sebagaimana orang dewasa.

Sehingga dengan mekanisme seperti ini akan sangat mungkin didapatkan generasi-generasi gemilang harapan bangsa yang tidak hanya sibuk dengan persoalan dirinya sendiri tetapi juga sibuk memikirkan karya dan perubahan apa yang bisa mereka lakukan untuk menciptakan sebuah peradaban yang lebih maju.

Wallahu’alam Bisshawab

 

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *