Gangguan Mental Mengintai, Islam Solusi Hakiki

 

Gangguan mental dapat mempengaruhi cara pandang seseorang dalam menyikapi suatu persoalan. Dewasa ini, media tak luput dari pemberitaan orang-orang yang terkena gangguan mental.
Seorang ibu rumah tangga (IRT) di Banjar Umadiwang Kawan, Desa Batanyuh, Kecamatan Marga, ND (40), nekat bunuh diri dengan cara terjun ke sumur pada Kamis (10/11/2022). Diduga aksi bunuh diri itu dilakukan akibat depresi. (diberitakan oleh detik.com)

Seorang pria di Kediri nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Diduga korban mengalami depresi usai bertengkar dengan istrinya karena permasalahan ekonomi (detik.com, 21/07/2022)

Kasus-kasus yang menyesakkan dada di atas adalah sedikit dari kasus gangguan mental yang beritanya berseliweran di layar kaca atau media sosial kita.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan prevalensi Rumah Tangga dengan anggota menderita gangguan jiwa skizofrenia meningkat dari 1,7 permil menjadi 7 permil di tahun 2018. Gangguan mental emosional pada penduduk usia dibawah 15 tahun, juga naik dari 6,1% atau sekitar 12 juta penduduk (Riskesdas 2013) menjadi 9,8% atau sekitar 20 juta penduduk.

Faktor Penyebab
Gangguan mental yang kini lebih populer dengan sebutan mental illness adalah kondisi kesehatan batin manusia yang bisa mempengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati atau bisa kombinasi beberapa diantaranya.

Penampakannya memang tidak terlihat secara fisik, namun dampaknya bisa dirasakan pelaku atau orang-orang terdekatnya. Kondisi ini bisa terjadi sesekali saja atau bisa berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Beberapa faktor dapat mempengaruhi terjadinya gangguan mental ini

Faktor internal kesehatan mental lebih kepada hal-hal yang memang berasal dari diri sendiri, misalnya: adanya faktor genetik seperti riwayat pengidap gangguan mental yang ada pada keluarga, faktor psikologis seperti ketidaksiapan bersaing, tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, tidak ada dukungan dari orang-orang terdekatnya, dan sebagainya.

Sementara itu, faktor eksternal yang sangat mempengaruhi adalah pengaruh sistem yang diterapkan di negeri ini. Negeri ini sedang dicengkeram dengan sistem kapitalisme. Sebuah sistem yang berasaskan Sekularisme, yakni pemisahan antara agama dengan kehidupan. Islam tidak dijadikan pedoman untuk mengatur kehidupan.

Kehidupan ala Kapitalisme membuat masyarakat sengsara, beban ekonomi yang menghimpit, seperti naiknya harga bahan pokok, BBM, listrik, juga kebutuhan pokok primer publik seperti pendidikan dan kesehatan yang tidak murah. Selain itu banyaknya angka PHK massal, kebijakan yang lebih pro kepada tenaga asing , yang mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan.
Indonesia sebagai negara yang kaya dengan berbagai macam hasil SDA, seharusnya bisa mengelola kekayaannya sendiri, namun, yang terjadi justru kekayaannya dikeruk oleh kekuasaan asing lewat tangan penguasa. Penerapan sistem ekonomi kapitalisme inilah yang menyebabkan negara gagal menyejahterakan rakyatnya.

Selain itu, negara yang menganut sistem kapitalisme ini sistem pergaulannya begitu bebas, kenakalan remaja, perzinaan, perselingkuhan, dan sebagainya menambah daftar panjang penyebab tingginya kasus gangguan mental.

Sistem ini juga mencetak orang-orang yang hedonis, orang-orang yang berorientasi pada materi belaka. Demi gengsi dan reputasi mereka melakukan segala cara tanpa peduli halal dan haram, membeli sesuatu yang bukan kebutuhan dan tidak sesuai kemampuan, berhutang sana-sini dan akhirnya berdampak pada gangguan mental.

Tak heran, problematika kehidupan yang begitu panjang ini, ditambah dengan lemahnya pemahaman Islam membuat kasus gangguan mental terus meningkat. Tentu, jika tidak ditangani dengan tepat akan memperparah keadaan yang ada.

Islam Solusi Hakiki
Berbagai pihak melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kesehatan mental masyarakat mulai dari keluarga atau orang-orang terdekat dengan mengajak ke psikiater, meluapkan rasa frustasi di media sosial, berkumpul bersama teman, dan sebagainya.

Pemerintah dengan sejumlah kebijakannya juga sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi problem gangguan mental ini, diantaranya adalah program imunisasi jiwa, meluncurkan aplikasi sehat jiwa dan pelayanan sehat bergerak.

Namun berbagai upaya yang dilakukan ini ternyata tidak membuat angka gangguan mental menurun, yang ada justru terjadi peningkatan. Jika sistem kapitalisme masih dibiarkan mencengkram dan diterapkan di negeri ini sudah pasti gangguan mental tidak akan bisa diatasi hingga ke akar.

Islam memberikan solusi yang hakiki dalam mengatasi gangguan mental dan kejiwaan. Bahkan, sejak dini Islam mencegah terjadinya gangguan ini sehingga tidak mewabah sebagaimana yang terjadi pada masyarakat hari ini.

Negara yang menerapkan Islam kaffah akan mencetak individu-individu yang memiliki keimanan yang kokoh. Mereka adalah orang yang senantiasa meyakin bahwa takwa dan tawakalnya yang akan menjadikan Allah memberi jalan keluar atas segala problem kehidupan yang dihadapi.

Selanjutnya, Islam juga mewajibkan masyarakatnya untuk melakukan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar, termasuk kepada pemangku kebijakan. Jika pemerintah melakukan kebijakan yang menyeleweng dari Islam maka masyarakat berkewajiban untuk mengoreksi kelalaian tersebut. Degan begitu kezaliman akan terhindarkan.
Negara juga harus menerapkan seluruh hukum-hukum Islam secara total, baik ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik, dan sebagainya.

Di bidang ekonomi misalnya, negara dengan kebijakan yang bertumpu pada Islam akan menjamin pemenuhan sandang, pangan dan papan, juga kebutuhan pokok publik seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan Negara juga akan memberikan kemudahan bagi kepala keluarga untuk mencari nafkah dengan membuka banyak lapangan kerja. Dengan mekanisme pengelolaan kepemilikan umum dan kepemilikan negara sesuai syariat negara mampu untuk mensejahterakan rakyatnya.

Negara juga menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, juga tenaga kesehatan yang handal untuk mengobati pasien dengan gangguan jiwa. Pelayanan kesehatan ini diberikan kepada rakyat secara percuma/ gratis, baik bagi Muslim atau non muslim, kaya ataupun miskin.

Inilah solusi hakiki penanganan gangguan mental yang hanya bisa diberikan oleh negara yang menerapkan Islam secara kaffah. Sudah saatnya kita berjuang untuk menegakkannya.

Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Artikel Lainnya

Pemerataan Pembangunan Desa, Akankah Menjadi Realita?

Realitasnya bahwa tak semua desa mampu secara finansial membiayai pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya sendiri. Meski ada program Dana Desa yang konon katanya adalah bentuk perhatian pemerintah nyatanya terselip motif lain yaitu neoliberalisme ekonomi melalui sektor pariwisata dan sumber daya alam strategis yang dimiliki oleh tiap desa di negeri ini. Rupanya dibalik program-program yang dicanangkan untuk mengelola desa di dasarkan pada untung dan rugi.

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *