Hastag Pray for Itaewon, Rest in Peace?
Sebanyak 149 orang tewas dalam kerumunan akibat berdesakan dan terinjak saat merayakan Halloween di sebuah gang di Ibukota Korea Selatan. Sebagian besar korban tewas merupakan remaja berusia 20-an. Festival itu merupakan acara Halloween pertama di Seoul dalam tiga tahun setelah negara itu mencabut pembatasan Covid dan jarak sosial. Banyak pengunjung pesta mengenakan topeng dan kostum Halloween. Pemerintah Metropolitan Seoul pun menyatakan telah menerima 270 laporan orang hilang.
Tercatat ada lebih dari 600 ribu tweet yang menyebut Itaewon membahas tragedi Halloween ini. Ada juga yang membandingkan peristiwa ini dengan tragedi Kanjuruhan di Indonesia. Hastag Itaewon dan pray for Itaweon pun menjadi trending di jagad maya. Joe Biden hingga Rishi Sunak menyatakan berduka atas tragedi ini. Sebagian warga netizen menuliskan Rest in Peace for Victim Itaewon, benarkah ini tragedi kemanusiaan semata atau lebih dari itu?
Berkiblat pada Kapitalisme Wujudkan Kehinaan Tanpa Akhir
Menurut Wikipedia, Halloween atau Hallowe’en yang juga disebut sebagai Allhalloween, All Hallows’ Eve atau All Saints’ Eve adalah perayaan yang dapat dijumpai di beberapa negara pada tanggal 31 Oktober, yaitu malam Hari Raya Semua Orang Kudus di Kekristenan Barat. Kegiatannya adalah ibadah di gereja, doa, puasa dan vigili. Namun sebenarnya sejarah Halloween sendiri adalah hasil sinkritisme gereja kristen dari budaya pagan. Yaitu berasal dari Festival Celtic Kuno Samhain. Samhain adalah festival keagamaan pagan yang berasal dari tradisi spiritual bangsa Celtic kuno. Festival itu dirayakan dengan membuat api unggun dan mengenakan kostum untuk mengusir hantu.
Lantas mengapa banyak orang di Bangsa Celtic ikut merayakannya tak terkecuali Muslim? mereka percaya bahwa pada malam sebelum tahun baru batas antara orang hidup dan mati menjadi kabur, oleh karenanya, pada malam 31 Oktober mereka merayakan Samhain, ketika diyakini bahwa roh orang mati kembali ke bumi. Lantas, alasan apa Halloween selalu identik dengan buah labu yang diukir? karena di Amerika Serikat pada masa Halloween bersamaan dengan panen raya buah labu. Para imigran Amerika menjadikannya sebagai aset perayaan, karena mudah pula untuk diukir.
Lihat! dari penjelasan sejarah tak ada sama sekali nilai Islam. Meski Kedubes RI untuk Korea Selatan mengatakan tidak ada korban dari WNI namun budaya berkiblat kepada barat tidak hanya Halloween. di negeri sendiri sebetulnya lebih banyak lagi korban budaya barat ini. Sebut saja setiap Natal, atribut Natal berhamburan, semua pegawai mal dan pusat perbelanjaan wajib mengenakan atribut Natal meskipun jelas Muslim. Perayaan Valentine, banyak coklat, kartu bahkan kondom bertebaran sebagai bentuk ungkapan tanda cinta. Halloween pun meski tak seramai di Itaewon namun beberapa hotel, tempat wisata dan komunitas-komunitas tertentu merayakannya. Jika bukan alasan pariwisata juga untuk life style “orang modern”.
Dan masih banyak lagi faktanya. Dampak negatifnya pun tak sedikit, yang paling nampak adalah bergesernya akidah, percaya cerita tahayul bahkan klenik dan berujung syirik. Tak lagi percaya sepenuh hati bahwa Islam adalah pedoman hidup, masyarakat hari ini justru lebih silau dengan peradaban barat yang tampak berkilau namun sejatinya bobrok. Gambaran betapa cemerlangnya peradaban Islam telah sirna seiring dengan bertautnya hati para pemimpin negeri ini dengan sistem yang sekuler.
Dengan tangkas membubarkan kajian-kajian umum, event-event yang dadakan oleh komunitas Islam dengan alasan penganut wahabi, ideologi transnasioanal dan didanai oleh gerakan terlarang. Belum lagi pendakwahnya dilabeli dengan terorisme, radikal , anti Pancasila dan lain sebaginya. Semua hanya karena berbeda kelompok, pemikiran atau ide. Memandangnya hanya tampak luar, padahal sesungguhnya Kaum Muslim ikatannya hanya ada satu yaitu akidah.
Belum lagi dengan dampak sosial. Masyarakat rusak karena marak zina, riba. khamar, rusaknya nasab, hilangnya kepatuhan kepada orangtua, pendidikan yang tidak mendidik dan lainnya. Ketidak hadiran negara memperparah kerusakan demi kerusakan. Lantas peradaban apa yang kita kehendaki? apakah generasi yang hilang akal sehatnya karena terbius peradaban barat? potensi pemuda musnah, berputar pada gaya hidup yang melenakan. Melupakan hari akhir, dimana Muslim atau bukan akan sama-sama mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia hari ini.
Islam Agama Paripurna Wujudkan Manusia Mulia
Allah swt berfirman yang artinya,”Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Qs At-Tin:4), maknanya adalah Allah swt sungguh telah menciptakan manusia dalam bentuk fisik yang sebaik-baiknya. Jauh lebih sempurna daripada hewan. Allah juga telah membekali manusia dengan akal dan sifat-sifat unggul, maka ada amanah tertinggi untuk manusia yaitu menjadi khalifah (pengatur) di bumi. Tentu saja pengaturannya hanya dengan syariat Allah swt bukan yang lain.
Terus menerus berkiblat pada peradaban barat, selain merendahkan martabat manusia lebih daripada hewan, sebab akal sehat tak lagi berfungsi juga akan mengundang azab Allah swt dunia akhirat. Maka, pantaskah kita mendoakan tragedi demi tragedi kemanusiaan ini dengan rest in peace? Wallahu a’lam bish showab.
Komentar