Yakin Solusi Dua Negara Akhiri Konflik?

Suara Netizen Indonesia–Sikap Prabowo dan Macron soal Palestina menurut Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid bertepatan dengan momentum makin banyaknya negara yang menolak genosida Israel atas Gaza dan mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Maka Nur Wahid berharap presiden bisa mengajak lebih banyak negara untuk mendukung kemerdekaan Palestina. 

 

Di antara negara baru yang mengakui Palestina adalah Spanyol, Norwegia, Irlandia, Kolombia, Venezuela, Kuba, Cile, dan Bolivia. Bahkan Perancis berinisiatif bersama Inggris dan Kanada akan mengumumkan pengakuan Palestina sebagai negara merdeka melalui pembuatan komunike bersama Arab Saudi pada Juni 2025, 

 

Yang menurut Hidayat Nur Wahid, langkah ini akan semakin memudahkan mayoritas mutlak negara-negara anggota PBB mengakui Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat sebagai anggota penuh PBB, sebagaimana negara anggota lainnya. 

Baca juga: 

Judol, Cara Murah Hancurkan Generasi

 

Maka Hidayat Nur Wahid menegaskan, wajib mendukung bahwa pernyataan kedua pemimpin negara tersebut, pasalnya, hal itu juga sejalan dengan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjadi pegangan sikap resmi Indonesia sejak presiden pertama RI Bung Karno.

 

Meski di sisi lain, Hidayat Nur Wahid memahami wacana diplomatik dengan Israel yang dinyatakan Prabowo adalah berkaitan dengan implementasi solusi dua negara untuk mengakhiri konflik, namun ia mendorong agar Prabowo lebih fokus mengedepankan perjuangkan kemerdekaan Palestina yang diakui oleh mayoritas mutlak negara-negara dunia atau anggota PBB (republika.co.id, 30-5-2025).

 

Menurut Hidayat Nur Wahid, publik tidak ingin presiden tertipu oleh Israel seperti negara-negara Arab, dimana mereka sempat menormalisasi hubungan dengan Israel untuk mendukung kemerdekaan Palestina, tetapi negeri Zionis tersebut justru makin melegitimasi penjajahannya.

 

Israel Penjajah Tak Layak Sah Sebagai Negara

 

Serangan Israel kepada Palestina, sesungguhnya tidak terjadi hari ini saja, melainkan bermula pada 1897 dari gagasan Theodor Herzl, bapak Zionis Internasional yang menginginkan pendirian negara Yahudi. Hezrl meyakini semua penindasan terhadap bangsa Yahudi, seperti yang ia lihat pada peristiwa Dreyfus pada tahun 1894, akan bisa diakhiri jika orang Yahudi memiliki negara sendiri. 

 

Ditambah adanya doktrin tentang Tanah Terjanji. Seolah Tuhan telah menyerahkan wilayah Palestina dan sebagian Mesir, sebagian Suriah dan Lebanon, yang membentang dari Sungai Nil di Mesir hingga Sungai Efrat di Irak untuk mereka.

Baca juga: 

Bicara Asal Solusi Tak Berdasar

 

Namun karena Palestina berada di bawah kekuasaan Khilafah Ustmani, maka Theodor Herzl mendatangi Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Turki Utsmani ketika itu untuk meminta wilayah Palestina menjadi milik Yahudi. Jelas Khalifah menolak mentah-mentah. Keputusan itu meninggalkan dendam dan ambisi, yaitu mengambil paksa Palestina ketika junnah umat itu telah runtuh. 

 

Tahun 1924, menjadi tahun paling nestapa. Perisai umat runtuh, negara Khilafah terbagi menjadi banyak negara (nation state) yang dikuasai oleh sekutu. Mereka membagi wilayah keKhilafahan seolah kue kepada masing-masing anggota sekutu. 

 

Pasa saat itu mulailah eksodus besar-besaran komunitas Yahudi dari berbagai wilayah di dunia ke Palestina. Puncaknya pada 1948, atas sokongan Inggris dan PBB, negara Israel dideklarasikan. Jadi, selama Israel masih ada dan menjajah wilayah Palestina, selama itu pula persoalan Palestina akan terus muncul. Lantas dimana letak hak bagi Israel sehingga ia bisa memiliki negara? 

 

Benarkah Perancis sungguh-sungguh mengupayakan kemerdekaan bagi Palestina? Sementara jejak digital tak mungkin dihapus begitu saja, ketika muncul kartun penghinaan kepada Nabi Saw. di salah satu majalah dewasa di Prancis, Macroni tak melakukan apapun . Bahkan meminta si pembuat gambar menggambar di baliho agar nampak jelas. Sejelas kebenciannya kepada Islam. Lantas percayakah kita atas inisiatif Prancis tersebut? 

 

Mungkin benar apa yang dikatakan Hidayat Nur Wahid, jika kita perlu waspada terhadap tipu daya Israel karena nyata kelicikannya, bukan tidak mungkin kita berlaku yang sama terhadap Prancis. 

 

Sejak pemerintah menetapkan kebijakan hilirisasi tambang sebagai upaya untuk menambah value hasil tambang, tak serta merta membawa rakyat sejahtera. Sebagaimana yang terjadi di Pulau Kabaena dan beberapa pulau lainnya, akibat eksplorasi nikel oleh perusahaan Cina dan Prancis, tak hanya menimbulkan pencemaran air dan lingkungan tapi soal perubahan bentang alam, dan juga tentang racun tak kasatmata yang menyusup ke dalam tubuh masyarakat karena buruknya kondisi air mereka, ikan yang menjadi makanan mereka setiap hari sudah terkontaminasi. 

 

Namun lihatlah, betapa hangat sambutan presiden kita terhadap Presiden Marcos, yang nota bene tak hanya presiden negara Prancis tapi juga pendukung penjajahan dan pembenci Islam. 

 

Solusi Palestina Hanya Jihad dan Khilafah

 

Meski banyak pihak menolak solusi jihad dan Khilafah dengan alasan hanya rekayasa sekelompok ormas yang ingin mendapatkan panggung. Namun kebutuhan Khilafah secara Normatif (dalil Al-Qur’an dan Sunah), Historis ( sejarah peradaban Islam yang bertahan 1300 tahun) dan Empiris ( fakta bahwa tak ada sistem lain yang bisa) benar-benar tak bisa terbantahkan. 

Baca juga: 

Kelaparan Senjata Baru Genosida, Siapa Pengecut Sesungguhnya? 

 

Khilafah adalah Tajul Furudh (mahkota kewajiban) yang hanya dengan tegaknya mampu menyerukan jihad kepada setiap tentara kaum muslim di negeri-negeri muslim dimana pun berada. Tak ada jalur diplomasi bagi negara yang nyata-nyata memerangi kaum muslim dan merebut tanah-tanahnya (kafir harbi fi’lan). Para penjajah itu harus lenyap dari muka bumi dengan cara diperangi. 

 

Maka, yang urgen hari ini harus dimiliki adalah kesadaran umat Islam bahwa selama Israel masih dianggap sebagai sebuah negara dan bukan hanya sebuah entitas maka selama itu pula penjajahan tidak akan pernah terhapuskan. 

 

Allah SWT yang memerintahkan kaum muslim untuk memerangi dan mengusir orang-orang yang telah memerangi dan mengusir kaum muslim melalui firmanNya yang artinya, “Dan perangilah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah atau kekufuran lebih berbahaya dari peperangan.” (TQS Al-Baqarah: 191). Wallahualam bissawab. [SNI].

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *