Kolam Merah

SuaraNetizenIndonesia__ Polisi Inggris menangkap enam aktivis Greenpeace pada Kamis, 10 April 2025. Penangkapan itu dilakukan setelah para aktivis tersebut menuangkan 300 liter pewarna merah darah ke dalam kolam di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) di London, sebagai bentuk protes atas penjualan senjata ke Israel untuk menyerang Gaza.
Hamid menjelaskan bahwa Greenpeace mengambil tindakan ini karena senjata AS terus memicu perang yang mengakibatkan pengeboman di sekolah dan rumah sakit hingga kematian puluhan ribu warga Palestina. (Tempo.co, 11-4-2025)
Stockholm International Peace Research Institute mengungkapkan bahwa Amerika Serikat telah menghabiskan lebih dari Rp356,8 triliun untuk mendukung operasi militer Israel, termasuk di Gaza, Lebanon, dan Suriah, sejak 7 Oktober 2023. AS memasok 69 persen kebutuhan senjata Israel periode 2019–2023. Angka itu meningkat menjadi 78 persen pada akhir 2023.
Maka wajar jika Greenpeace melakukan hal tersebut. Sebab selama ini, Amerika memang berada di balik kekuatan entitas Yahudi yang melanggengkan penjajahan dan genosida warga Palestina. Masyarakat sipil banyak yang menjadi korbannya, mengakibatkan luka, tewas dan teraniaya di penjara-penjara Zionis.
Mirisnya para pemimpin negeri muslim hanya diam membisu, serta melakukan upaya-upaya kamuflase seperti mengecam, perundingan-perundingan dan solusi semu. Seolah peduli, namun membiarkan satu demi satu nyawa berguguran di Tanah Para Nabi. Hal ini menggerakkan masyarakat dunia untuk terus mendorong pemimpin mereka agar bergerak mengirimkan tentara dan menuntaskan penjajahan.
Ada pula negara-negara yang mengambil keputusan lain, seperti menarik duta-duta besar mereka dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Zionis Israel. Setidaknya ada sebelas negara, termasuk Yordania, Bahrain, Turki, Bolivia, Kolombia, Honduras, Chili, Belize, Brasil, Afrika Selatan, dan Chad.
Negeri-negeri muslim tetangga Palestina, justru tak berani melakukan hal yang sama. Bahkan mereka menolak pengungsian, dan sepakat dengan solusi dua negara (two state solution). Ikatan akidah ternyata tak cukup kuat saat berpijak pada kapitalisme sekuler. Tergantikan dengan hubungan yang hanya bertujuan meraih materi atau kepentingan duniawi belaka.
Maka Islam harus dikembalikan sebagai qaidah fikriyah atau landasan pemikiran, yang menjadi pondasi pemikiran umat. Di sana ikatan akidah akan lestari dan mampu menunjukkan kekuatannya. Tidak getas atau mudah putus. Bahkan mampu menggerakkan menolong kaum muslim di negeri terjajah dengan semangat jihad fii sabilillah.
Sebagaimana tersurat dalam QS Al-Maidah ayat 2 yang artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Kaum muslim pun tak boleh tertinggal dari masyarakat dunia, harus mengambil peran dalam gelombang perubahan. Sebab hati dunia saat ini, hanya tergerak karena alasan kemanusiaan. Sedangkan kita kaum muslim sejatinya menatap fakta sebagai obyek yang tunduk terhadap akidah. Seluruh kehidupan umat terikat syariat dan tunduk kepada hukum Allah SWT. Termasuk permasalahan kaum muslim, pun wajib dituntaskan dengan Islam.
Maka kita tak boleh mencukupkan diri hanya pada solusi pragmatis seperti donasi, evakuasi warga, mengirimkan logistik dan sebagainya. Tapi harus memberikan jalan ke luar yang jitu, sebagaimana tuntinan Islam, yakni jihad yang dikomandoi oleh satu kepemimpinan tunggal yaitu Khilafah.
Pun tak cukup hanya atas dasar kemanusiaan. Perlu menyampaikan bahwasanya Islam adalah jalan hidup dan solusi hakiki bagi seluruh permasalahan umat.
Dari Abu Hurairah radhiyallâhu ’anhu. bahwa Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam bersabda,
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’Alayh dll)
Islam adalah agama yang tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya. Allah Sang Pengatur pun menyematkan predikat ‘Khairu ummah’ di antara umat-umat lainnya, kepada kaum muslim.
Maka saatnya mengambil alih kepemimpinan dengan upaya-upaya strategis untuk mengembalikan Islam sebagai kepemimpinan berpikir (qiyadah fikriyah) yang menyatukan umat ini dengan ikatan akidah, menciptakan perdamaian, serta menghalau penjajahan dan seluruh pemikiran kufur yang berkelindan di tubuh umat. Allahumma ahyanaa bil Islam. [SNI]
Komentar