Gaya Hidup PayLater: Nikmati Sekarang Menderita Kemudian
Badan Pusat Statistik mencatat pada bulan Januari 2025 terjadi inflasi year on year (y-on-y) sebesar 0,76 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,99. Inflasi menjadi salah satu alasan menurunnya daya beli masyarakat, disamping PHK massal, deflasi dan ketidakpastian ekonomi. Sehingga masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang yang dimiliki.
Menurunnya daya beli masyarakat membawa dampak pada perputaran roda perekonomian. Jika tidak ada yang beli, maka produksi berkurang, keuntungan berkurang akhirnya efisiensi tenaga kerja alias PHK kembali terjadi.
Utang PayLater : Solusi Ekonomi Keluarga?
Untuk memenuhi kebutuhannya, banyak masyarakat memilih PayLater sebagai solusinya. Apalagi saat ini belanja online marak dilakukan sehingga opsi PayLater dianggap memudahkan.
Di sisi lain, tak bisa dimungkiri gaya hidup konsumtif tumbuh dalam sistem saat ini. Kala kebahagiaan diukur dengan standar materi, duniawi. Membuat orang berlomba ingin memiliki banyak hal atau traveling dalam waktu singkat untuk dipamerkan, flexing.
Dilansir dari laman kompas (12/4/2025), utang paylater masyarakat di perbankan mencapai Rp 21,97 Triliun. Ini alarm bagi semuanya.
Director of Fiscal Justice Center of Economic and Law Studies (Celios) Media Wahyudi Askar mengatakan penumpukan utang paylater memang mencerminkan tren konsumsi berbasis kredit yang terus meningkat, serta membantu inklusi keuangan dengan memberikan akses kredit kepada kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak terlayani oleh lembaga keuangan formal.
Masalahnya, tren saat ini justru menunjukkan orang menggunakan paylater untuk utang konsumtif yang akan meningkatkan risiko gagal bayar sehingga dapat memperburuk rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di lembaga keuangan, termasuk fintech. Hal ini akan mempengaruhi stabilitas perekonomian.
Belum lagi jika kita bahas tentang sistem ribawi yang diterapkan pada paylater. Utang berbunga akan kian mencekik masyarakat justru menambah beban, ditambah dengan dosa ribawi yang menjauhkan keberkahan. Jadi, masihkah paylater dianggap sebagai solusi?
Solusi Komprehensif dalam Islam
Islam bukan hanya agama yang mengatur ibadah. Islam adalah way of live yang juga memiliki aturan ekonomi dan pengaturan gaya hidup. Dalam Islam, negara diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan setiap rakyatnya. Sehingga rakyat tak lagi kelimpungan mencari pinjaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Islam pun mengajarkan gaya hidup sederhana dan secukupnya. Tidak mencintai dunia secara berlebihan. Bahkan Umar bin Khattab pernah berdoa pada Allah untuk meletakkan dunia di tangannya bukan di hatinya. Ini menunjukkan posisi dunia diluar diri, takkan berat jika Allah ambil, tak merasa memiliki.
Rasul pun mencontohkan gaya hidup minimalism. Sederhana dan bersahaja. Bukannya tidak mampu, tapi memilih untuk demikian. Karena setiap kenikmatan dunia akan dimintai pertanggungjawaban. Sebagaimana firman Allah swt.” “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)” (QS. At Takatsur: 8).
Banyak kisah Rasul, ummahatul mukminin, keluarga nabi saw., juga para sahabat dan shahabiyah yang hidup dalam kesederhanaan. Tapi, tak pelit saat mengeluarkan hartanya untuk sedekah.
Berbeda dengan fakta hari ini, demi mengikuti tren, mencoba yang viral, membeli barang kekinian yang tidak begitu diperlukan, rela untuk berutang. Apalagi paylater memiliki opsi untuk pembayaran cicilan dalam beberapa bulan. Ini yang menjebak, karena cicilan terlihat kecil. Maka, banyak yang akhirnya mengambil paylater dalam berbagai transaksinya, sampai akhirnya kaget sendiri utangnya membengkak.
Sistem Islam akan menutup berbagai celah hidup konsumtif. Masyarakat akan terbentuk ketakwaannya dengan topangan pendidikan Islam dan suasana iman dalam lingkungan, sehingga akan mendefinisikan kebahagiaannya tidak dikaitkan dengan materi duniawi melainkan mengharapkan rida ilahi rabbi.
Negara pun akan menghapus praktik ribawi dalam kehidupan. Karena berbahaya dan berdosa. Negara akan menjaga rakyat dari hal yang haram. Inilah potret komprehensifnya Islam menjaga masyarakat dari yang haram tapi tetap memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Wallahu’alam bish shawab.
Komentar