Gencatan Senjata Disepakati, Selesaikan Masalah Palestina?
Suara Netizen Indonesia, Kabinet Israel akhirnya setuju genjatan senjata di Gaza. Perjanjian gencatan senjata akan mencakup jeda pertempuran selama tiga minggu dan pembebasan sandera. Tim mediator dari pihak Qatar, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Andulrahman Al Thani, Mesir dan Amerika gencatan senjata itu mulai berlaku hari Minggu, 19 Januari 2025 dan berjanji akan memonitor jalannya gencatan (VOAindonesia, 17-1-2024).
Presiden Israel, Isaac Herzog, menyambut baik persetujuan gencatan senjata dari Kabinet Keamanan dan berharap segera melakukan tindakan yang menegaskan keputusan ini. Sementara Presiden Amerika Joe Biden, juga berharap kesepakatan gencatan senjata ini, selain menghentikan pertempuran, serta pembebasan sandera dan tawanan, juga akan membuka jalan bagi masuknya bantuan kemanusiaan internasional bagi warga Palestina yang sangat membutuhkan.
Banyak pihak yang merasa gembira atas gencatan senjata ini, paling tidak Gaza bisa sedikit mengambil nafas lega untuk mulai berbenah. Pihak lainnya tetap menyerukan Galang sedekah, untaian doa dan boikot. Benarkah gencatan senjata ini akhir dari genosida Israel dan mengembalikan Palestina merdeka?
Gencatan Senjata Bukan Solusi Hakiki untuk Palestina
Melalui X, Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono, mengatakan langkah penting yang harus dilakukan pasca kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel adalah memastikan perjanjian ini dilaksanakan segera dan secara komprehensif untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak. Israel sudah terlalu kejam, serangannya telah memakan korban puluhan ribu nyawa warga Palestina.
Baca juga:
Perubahan Mental Untuk Ketahanan Pangan Anti Gagal?
Jelas, Indonesia berharap gencatan senjata ini bisa menjadi momentum untuk mendorong perdamaian di Palestina, yang hanya mungkin terwujud jika Palestina merdeka dan berdaulat, sesuai solusi dua negara yang telah disepakati masyarakat internasional. Untuk itu, Indonesia siap berkontribusi dalam upaya pemulihan kehidupan bermasyarakat di Gaza melalui bantuan kemanusiaan, dukungan terhadap peran UNRWA, atau upaya rekonstruksi Gaza.
Pengamat Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia, Hasbi Aswar, mengatakan gencatan senjata di Jalur Gaza itu merupakan sebuah pencapaian yang bagus karena itu akan membuat bantuan kemanusiaan bisa masuk, proses rekonstruksi Gaza akan bisa dilaksanakan, dan menghentikan jatuhnya korban.
Hasbi sekaligus menyatakan pesimis Israel akan mematuhi kesepakatan gencatan senjata ini karena Israel pada dasarnya memang tetap tidak ingin keluar dari Gaza, sementara Hamas sudah berkuasa di sana dan Israel menilai keberadaan organisasi ini sebagai ancaman.
Rasa pesimis juga disampaikan pengamat hubungan internasional di Universitas Diponegoro, Mohamad Rosyidin, karena konflik di Gaza ini sebetulnya yang sulit untuk kompromi adalah Israel. Israel yang tidak mau menerima solusi dua negara, yang menjadi solusi ideal untuk menyudahi konflik di kawasan. Faktor Israel ini menjadi ganjalan terbesar untuk mewujudkan perdamaian abadi di kawasan itu. Bahkan menurutnya, gencatan senjata ini, akan menjadi semacam jeda konflik di tengah potensi meletusnya kembali perang.
Munculnya rasa pesimis para pakar di atas bukan tanpa sebab, faktanya memang Israel selalu mengkhianati perjanjian, satu bahasa yang dia kenal yaitu perang! Sifat ini hingga Allah SWT. abadikan dalam Alquran yang artinya,”Mereka ialah golongan yang telah mengikat perjanjian bersamamu; kemudian setiap kali suatu perjanjian dimeterai, mereka melanggar perjanjian itu sedang mereka tidak takut kepada Allah. Oleh itu, jika engkau mendapati mereka dalam peperangan, maka hancurkanlah mereka, supaya golongan lain berasa gerun dengan perbuatan itu; mudah-mudahan mereka mengambil peringatan. Dan jika engkau bimbang berlakunya pengkhianatan daripada suatu kaum, maka batalkan perjanjian itu sehingga kedua-dua pihak jelas tentang pembatalan tersebut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai para pengkhianat”(TQS al-Anfal: 56-58).
Baca juga:
Diamnya Negeri Muslim, Berlanjutnya Derita Anak Gaza
Gencatan senjata bukan karena tekanan Trump kepada Netanyahu namun karena Zionis tidak sanggup mematahkan rakyat Gaza. Dan itu fakta, keteguhan rakyat Gaza meski, menderita kelaparan, di bunuh, banyak pemimpin pejunag syahid, mereka tetap teguh dan mereka tetap mempertahankan tanahnya telah menggentarkan Zionis.
Sama seperti tentara Romawi saat perang Yarmuk, mereka memilih pulang ke negaranya sebab betapa mengerikannya mendengar berita pasukan muslimin yang dipimpin Panglima perang Khalid bin Walid. Atau sebagaimana pembebas Baitul Magdis yang pertama oleh Umar bin Khattab, atau pembebas Palestina yang kedua yaitu Thariq bin Ziyad . Artinya, tanah Palestina adalah tanah bagi kaum muslim sebagai pemiliknya ( tanah kharaj), selamanya Dibebaskan oleh tentara terbaik, pasukan dan ketakwaan pemimpin yang tiada banting.
Jihad dan Khilafah Jelas Untuk Kembalikan Palestina menjadi Milik Kaum Muslim
Dengan gencatan senjata, kita tak boleh lupa kepada saudara kita di Palestina. Pembelaan kita terhadap peristiwa tetap kita lambungan bahkan sebenarnya tak hanya cukup. Sebenarnya tak cukup imbauan atau pengiriman pasukan perdamaian, namun hendaklah para pemimpin muslim bersatu dengan segenap potensi dalam negeri mereka , mengisi kembali peradaban mulia.
Gencatan senjata tak akan mengubah apa pun. Apa yang dilakukan oleh Zionis pasca beberapa jam gencatan senjata dengan membunuh rakyat Palestina menunjukkan bahwa solusi hakiki hanyalah jihad dan Khilafah. Umat perlu komando seorang Khalifah untuk menyerukan jihad, sebagaimana sabda Rasulullah,” Sungguh Imam/Khalifah adalah perisai; orang-orang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya” (HR Muslim).
Baca juga:
Ranah Minang Terpapar LGBT, Efektifkah Perda Dibuat?
Umat harus menyakini kemenangan adalah milik umat Islam dan pujian hanya milik Allah. Kemenangan akan datang atas pertolongan Allah. Oleh karena itu jalan perjuangan wajib sesuai tuntunan Allah, tidak menyerahkan urusan pada musuh-musuh Allah.
Umat harus terus berjuang untuk mewujudkan solusi hakiki. Sebagaimana perintah Allah SWT. Yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir (yakni harbi fi’l[an]) yang ada di sekitar kalian dan hendaknya mereka merasakan kekerasan dari kalian” (TQS at-Taubah 9: 123). Tak ada ampunan bagi penjajah, baik di dunia maupun akhirat. Wallahualam bissawab. [SNI].
Komentar