Deklarasi Istiqlal, Latah Ala Kemenag

Suara Netizen Indonesia, Kementerian Agama (Kemenag) berkomitmen mengimplementasikan nyata salah satu poin-poin dalam Deklarasi Istiqlal yaitu menyerukan langkah bersama dalam menghadapi krisis iklim.

 

Dengan menargetkan pembangunan 160 Kantor Urusan Agama (KUA) ramah lingkungan atau Green KUA pada 2025. Pembangunan ini dirancang untuk mendukung agenda lingkungan global dan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam aspek keberlanjutan lingkungan dan energi bersih.

 

Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kamaruddin Amin memastikan bersama Bappenas dan konsultan, bahwa setiap KUA akan memiliki pohon, sirkulasi air yang baik, dan dilengkapi dengan panel surya. 

 

Pembangunan ini tidak hanya berfokus pada infrastruktur, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pegawai KUA terhadap isu lingkungan. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan, Green KUA diharapkan menjadi simbol kesadaran kolektif terhadap ancaman krisis iklim (republika.co.id, 16-12-2024). 

 

Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 adalah sebuah dokumen deklarasi yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus, sebagai Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik dengan Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal pada tanggal 5 September 2024 di pekarangan Masjid Istiqlal dan Terowongan Silaturahmi, Jakarta. Intinya dari deklarasi ini adalah Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama Untuk Kemanusiaan, dengan beberapa poin yang disepakati, di antaranya terkait perubahan iklim. 

 

Boleh dikata, inilah ratifikasi paling latah dari kelembagaan negara ini. Apakah sudah sedemikian genting perubahan iklim di dunia ini sehingga Kemenag pun turut berpartisipasi. Dalam bentuk pembangunan gedung dengan label Green KUA. 

 

Bukan persoalan dana yang mencuat, namun seberapa penting pembangunan ini terhadap penyelesaian persoalan umat? Lain dagangan lain pula perbaikan, ini yang bisa disimpulkan. Selama ini Kemenag selalu menyerukan toleransi dan moderasi beragama , seolah kedua hal itulah yang paling genting hari ini. Menghambat pembangunan dan ” tidak mencitrakan” kaum muslim yang sesungguhnya dan bukan krisis iklim. 

 

Baca juga: 

Moderasi Pendukung Pembangunan Bangsa, Penyesatan!

 

Namun mengapa masih saja latah mengikuti agenda global yang samasekali tak ada korelasinya dengan persoalan umat? Pihak yang diajak bekerjasama pun bukan pihak yang secara nyata mengajak damai dengan Islam, satu tangan mereka menggenggam kebijakan global lainnya, yaitu menghabisi Islam. Tidakkah terpikir bahwa perubahan iklim yang dikampanyekan Barat adalah proyek abal-abal dalam rangka menyibukkan kaum muslim dari perubahan yang seharusnya?

 

Setiap Nataru ( Natal dan Tahun Baru) terutama kaum muslim diminta untuk lebih toleran, menghargai perbedaan bahkan tidak boleh terpatok pada pendapat Islam saja yang benar, meski pernyataan itu berasal dari Allah SWT ( TQS al-Maidah :3). Dengan pongah penyeru moderasi beragama beranggapan Islam bukan berasal dari Yang Maha Sempurna. 

 

Pada masa turunnya Alquran, semua ditantang Allah SWT. untuk membuat satu saja surat tandingan, dan hingga kini belum ada yang mampu,lantas, dengan pemikiran sekuler, memonsterisaai Islam seolah jadi trouble maker mereka masuk golongan mana? Sesungguhnya moderasi beragama adalah ide sesat, sebab kian menjauhkan umat Islam dari agamanya sendiri. 

 

Sementara perintahnya adalah masuk Islam secara kafah, dari mulai pendidikan hingga tata negara, dari mulai ekonomi hingga pemerintahan. Jadi bukan sekadar agama pengatur akidah dan ibadah. Dengan semakin jauhnya kaum muslim dari ajaran agamanya, inilah yang ditunggu oleh barat, mereka akan tetap leluasa menjajah kaum muslim baik dari sisi sumber daya alam maupun pemikiran sumber daya manusianya. 

 

Islam Way of Live

 

Kembali pada proyek latah Kemenag, untuk membangun Green KUA. Semestinya kita waspada, terutama karena lahir dari perjanjian dengan kafir yang jika dilihat dari isinya tak ada urgensitasnya negara ini untuk mengikuti. Daftar kesepakatan yang ditandatangani dalam deklarasi Istiqlal pun bukan sesuatu yang lahir dari pemikiran Islam, seperti poin tidak boleh menjadikan Islam sebagai alat meluaskan kekerasan dan konflik. Sangat tendensius, ayat mana yang bisa menjelaskan makna itu? Dan bisakah dibuktikan?

 

Baca juga: 

Terowongan Simbol Toleran, Benarkah Dibutuhkan?

 

Terlebih lagi jika melihat fakta genosida yang dilakukan Israel, diamnya pemimpin muslim melihat saudara di Palestina terus menderita, di Xin Jiang, Myanmar, India dan bahkan di negeri Eropa sendiri yang mengusung HAM agar dunia dan damai. Kemiskinan, kebodohan, penjajahan ekonomi dan lain sebagainya. Semua karena ide di luar Islam seperti nasionalisme, kapitalisme dan demokrasi. 

 

Semestinya tugas Kemenag tak boleh menutup fakta dari berbagai penderitaan kaum muslim ini. Namun berada di garda terdepan mendakwahkan Islam. Sayang, pernyataan menteri agama sebelumnya, bahwa Kemenag bukan kelembagaan khusus Islam, atau hanya untuk orang Islam telah menjadi batu sandungan. Padahal, jelas secara akidah kita harus mengimani firman Allah yang menyatakan Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya. 

 

Marilah berpikir logika, Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (TQS. Ali Imran: 19). Adakah yang lebih sempurna dari Islam? Tidak layakkah ketika kita menjadi hamba Allah kemudian menjadikan hanya Islam sebagai way of live? Wallahualam bissawab. [ SNI].

 

 

Artikel Lainnya

Krisis Air Mengancam, Akibat Sistem yang Makin Kejam

Sistem kapitalisme sekuler pun “mengizinkan” pembangunan yang berlebihan tanpa mengindahkan dampaknya bagi lingkungan. Dengan pembukaan dan pembebasan lahan yang luas. Tentu saja, semua ini berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Konsep ini pun diperparah lagi dengan program liberalisasi sumberdaya alam. Sistem ekonomi kapitalisme melegalkan pengelolaan sumberdaya air oleh pihak swasta.

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *