Pengangguran, Masalah yang Tak Berkesudahan

Suara Netizen Indonesia– IMF melalui World Economic Outlook pada April 2024 mencatat Tingkat pengangguran di Indonesia sebesar 5,2 persen tertinggi di bandingkan enam negara lain di Asia Tenggara yang ada di daftar.

 

Posisi ini tak berubah dari tahun lalu, tapi angkanya lebih rendah yakni 5,3 persen. IMF mendefinisikan tingkat pengangguran (unemployment rate) sebagai persentase angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan (cnnindonesia.com, 19-7-2024).

 

Sesuai teori permintaan dan penawaran salah satu penyebab pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan rendahnya minat para pengusaha untuk membuka lowongan kerja. Di sisi lain kualifikasi lowongan pekerjaan yang terlalu tinggi untuk posisi pekerjaan yang ditawarkan menjadi faktor penyebab mismatch (kondisi ketidak cocokan) atau job-education mismatch (ketidakcocokan bidang keahlian pekerja). Fenomena mismatch ini menyebabkan kesejangan kian meluas antara pencari kerja dan lowongan kerja yang tersedia.

 

Tingginya angka pengangguran di negeri ini adalah bukti gagalnya negara dalam menyediakan lapangan pekerjaan warga negaranya. Faktanya pertumbuhan tenaga kerja baru jauh lebih besar di bandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan oleh pemerintahan kita setiap tahunnya. Hal ini yang memicu bertambahnya jumlah pengangguran setiap tahunnya. 

 

Padahal masalah pengangguran akan selalu diikuti oleh masalah kemiskinan. Sedangkan tidak adanya penghasilan menyebabkan masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan asasinya.

 

Hal ini juga di perparah oleh kondisi iman yang lemah akibat pemikiran sekularisme yang menerpa. Contohnya yakni aksi kriminalitas untuk bertahan hidup sering kali jadi pilihan masyarakat yang menganggur, belum lagi judi online sebagai jalan pintas mendapat penghasilan yang besar makin marak dan di minati. Juga adanya keretakan rumah tangga akibat pengangguran tak terhindarkan.

 

Memang benar, bahwa pemerintah sudah melakukan upaya-upaya untuk memberantas pengangguran, namun upaya tersebut rupanya tidak menyentuh akar persoalan atau hanya bersifat parsial.

 

Sebagaimana di ketahui dalam pendidikan, pemerintah memasukkan mata pelajaran kewirausahaan ke tingkat sekolah menengah dan memasukkan mata kuliah wajib di perguruan tinggi. Harapannya output dari pendidikan nantinya dapat menciptakan lapangan kerja sendiri.

 

Sedangkan untuk meningkatkan skill masyarakat, pemerintah melakukan pelatihan-pelatihan melalui program Kartu PraKerja yang di dukung oleh program UMKM.

 

Pemerintah juga terus melakukan penyesuaian dengan pasar kerja agar lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi mudah terserap di dunia kerja. Hal ini di tempuh dengan kolaborasi kebijakan untuk mendorong pertumbuhan industri manufaktur.

 

Dalam hal ini pemerintah melakukan akselerasi investasi di berbagai sektor, agar tercipta lapangan kerja baru yang lebih luas. Solusi pemerintah dalam mengatasi pengangguran ini sejatinya tidak lepas dari paradigma ekonomi kapitalisme yang hanya tunduk pada kepentingan para korporasi, solusi investasi misalnya.

 

Pada dasarnya investasi merupakan cara pihak swasta lokal maupun asing untuk membuka usaha atau memperluas usaha demi mendapatkan profit (keuntungan).

 

Karena itu kalaupun mampu membuka lapangan pekerjaan tidak semua rakyat akan terserap sebab pihak swasta akan berhitung untung-rugi, bahkan mereka tak segan melakukan efisiensi usaha dengan PHK jika di perlukan. Di samping itu gaji yang di sediakan bagi pekerja terkategori rendah, sebab hanya cukup di gunakan untuk bertahan hidup. 

 

Melihat permasalahan tersebut hanya sistem kehidupan Islamlah yang mampu menyelesaikan masalah pengangguran yang tidak berkesudahan ini. Lalu bagaimana cara islam menyudahi hal tersebut? Dalam aturan kehidupan Islam, Islam mewajibkan Negara mengurus rakyat termauk menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup melalui berbagai kebijakan yang mendukung. 

 

Solusi pertama, pendidikan terjangkau bahkan gratis untuk rakyat. Mereka bebas mengenyam pendidikan tanpa dibebani biaya sehingga seluruh rakyat bisa mendapatkan haknya sebagai sosok yang terdidik.

 

Kedua, pengelolaan sumber daya alam ada di tangan negara. Eksplorasi bahan mentah membutuhkan banyak tenaga kerja, maka dipastikan akan banyak lapangan pekerjaan yang tersedia juga membatasi tenaga kerja asing.

 

Ketiga, negara menjadi pihak sentral dalam menyelesaikan permasalahan umat. Negara juga bertanggungjawab memastikan para laki-laki bekerja. Dari sini, jaminan kesejahteraan rakyat akan nyata dirasakan. 

 

Maka jika sistem kapitalisme selalu gagal dalam menangani masalah pengangguran ini. Sudah saatnya kita untuk kembali jalan yang di ridai Allah, Solusi paling hakiki yakni Islam rahmatan lil alamin. [SNI].

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *