Gaya Hidup Sehat, Hati Tenang Ala Siapa?

Bulan Agustus sudah mendekati ujung, mungkin banyak orang bisa sedikit berlega hati sebab berbagai lomba sudah usai, berbagai penilaian juga sudah dikumpulkan dan menghasilkan pemenang. Tak hanya tenaga dan pikiran, namun juga materi tercurah tak terbilang. Banyak pihak mengklaim inilah bentuk kontribusi masyarakat kepada kemerdekaan. 

 

Dari sekian rangkaian acara masih menyisakan beberapa tanya, di antaranya adalah pendapat ibu Bupati Sidoarjo, Ny Sa’adah Ahmad Muhdlor, beliau mengatakan gaya hidup sehat saja nyatanya tidak cukup menghadirkan ketenangan jiwa. Hal ini jika tidak diimbangi dengan bershalawat. Pendapat itu beliau sampaikan sebagai I bentuk dukungan kepada salah satu organisasi islam di Sidoarjo saat menghadiri acara senam bersama dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke 78 yang diselenggarakan oleh Muslimah Sidoarjo Bershalawat (MSB) di Halaman Ruko Kahuripan Nirvana Village, Sidoarjo, Sabtu, 26/08/2023. 

 

“Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo sangat mensupport organisasi atau majelis yang memberikan hal-hal positif bagi masyarakat. Khususnya masyarakat Sidoarjo,” ujar Ning Sasha kepada republikjatim.com, Sabtu (26/08/2023). Sementara Founder MSB, Pisanti Novelia menegaskan siapa pun dapat bergabung ke dalam majelis ini. Fokus dari majelis ini adalah menebarkan kebaikan dan shalawat. “Selain kegiatan menebarkan shalawat, kami juga turut mendukung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang didirikan anggota majelis kami agar berkembang dan menembus pasar di luar Sidoarjo,” tandas Pisanti Novelis. 

 

Mengingat Allah : Cabut Demokrasi, Terapkan Syariat Kaffah

 

Apa yang dikatakan Istri Bupati Sidoarjo yang sekaligus Ketua TP PKK Kabupaten Sidoarjo tersebut tak sepenuhnya salah. Memang demikianlah, sebagaimana Allah swt berfirman yang artinya, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (TQS. Ar-Ra’d : 28). Makna mengingat salah satunya adalah dengan zikir dan bershalawat. 

 

Namun, benarkah hanya dengan gaya hidup sehat dan bershalawat hidup akan menjadi tenang? Faktanya gaya hidup sehat membutuhkan banyak faktor pendukung. Baik langsung maupun tidak langsung. Pun, gaya hidup sehat tak semata mampu menyediakan makan empat sehat lima sempurna bagi keluarga, tapi juga rumah tempat tinggal yang nyaman, bersih, asri. Memiliki tetangga yang saling beramar makruf nahi mungkar. 

 

Sistem kehidupan yang kita jalani hari ini, ternyata memunculkan standar ganda. Sekilas terlihat baik untuk rakyat, namun nyatanya justru menjadikan rakyat tumbal kemajuan dan pertumbuhan ekonomi bangsa. Saat ini, kita menjalankan sistem politik demokrasi, kebanyakan orang, begitu pun para politisi negeri ini mengatakan bahwa demokrasi adalah sistem terbaik memilih pemimpin. Sebab di dalamnya memuat prinsip dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. 

 

Namun jangan lupa, demokrasi juga memiliki empat pilar kebebasan, yaitu bebas beragama, bebas berpendapat, bebas berperilaku dan bebas memiliki. Keempatnya landasannya adalah sekuler atau memisahkan agama dari kehidupan. Dengan kata lain, sejatinya demokrasi tak hanya soal cara memilih pemimpin baru, tapi juga tentang aturan yang mengatur kehidupan manusia dalam berkeluarga , bermasyarakat dan bernegara. Dimana, empat pilar yang dimiliki itu mangacu pada manusia sebagai pihak terdepan dan tertinggi menentukan baik buruk, halal haram dan benar salah. 

 

Jelas hal ini bertentangan dengan tauhid kita sebagai kaum muslim. Kalimat Laa Ila Haillalahu menyeret konsekwensi bagi pemeluknya untuk taat, terikat, tunduk patuh pada Allah swt, terutama syariat ( hukum) Nya. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya,” Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus.” (TQS Yusuf 12 : 40).

 

Demokrasi menjadikan manusia sebagai tandingan Allah swt dalam membuat hukum. Padahal manusia makhluk yang lemah, untuk satu kemaslahatan saja ada banyak pendapat karena banyak kepentingan. Misal: gaya hidup sehat, menutup aurat secara sempurna bagi muslimah, lantas, mengapa ada yang meremehkan dengan alasan ini negara majemuk, toleransi, bukan negara agama dan lain sebagainya? Gaya hidup sehat : mencuri adalah tindakan kriminal tapi mengapa korupsi di segala lini? 

 

Ada tetangga yang julid dengan setiap hari menyiram tetangganya dengan air kencing dan tinja, hukumannya hanya 1 bulan. UMKM digenjot sebagai tulang punggung perekonomian, tapi pajak dipungut setiap tahun dengan obyek pajak yang kian beragam. Belum lagi dengan jaminan kesehatan, insentif dan pembayaran iuran bulanan BPJS diberikan kepada para Nakes, apakah rakyat yang bukan nakes tidak berhak menerima? Dan mengapa jaminan kesehatan rakyat masih diminta pembayaran iuran?

 

Kota layak anak justru diperlombakan, zakat diberdayakan, seks bebas merajalela, narkoba jadi gaya hidup, utang terus ditambah dengan dalih kerjasama bilateral atau multilateral. Dan masih banyak lagi, sehingga jangankan tenang, untuk tidak khawatir akan hari esok saja sangatlah sulit. Minimnya peran dan fokus negara dalam meriayah tentulah karena campur tangan demokrasi. Maka, sudah seharusnya menjadi perhatian kita, benarkah hanya dua faktor yaitu gaya hidup sehat dan sholawat yang membuat hati tenang? Jika secara individu iya, tapi bukankah manusia adalah makhluk sosial yang pasti akan berhubungan dengan manusia lainnya? 

 

Maka, cabut demokrasi dan terapkan Islam Kaffah adalah keputusan akhir saat ini. “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?“. ( TQS al-Baqarah :50). Tentu kita sebagai kaum muslim tak ingin termasuk dalam golongan mereka yang ditolak Allah karena tidak beriman. Islam adalah agama yang sempurna, tak hanya mengajarkan akidah tapi juga memberikan solusi atas setiap persoalan umat. Sehingga dibandingkan dengan ideologi bangsa hari ini, Islam telah memberi kepastian. 

 

Karen Amstrong seorang mantan biarawati sekaligus penulis terkenal memuji kehidupan beragama yang ada dalam negara Khilafah (baca: peradaban Islam). Dalam negara Khilafah, agama selain Islam mendapatkan perlakuan yang sangat baik. Bahkan menurut Karen Amstrong, kaum Yahudi menikmati zaman keemasan di Andalusia. “Under Islam, the Jews had Enjoyed a golden age in al-Andalus”. 

 

Atau Will Durant, seorang sejarahwan barat, ia memuji kesejahteraan negara Khilafah. Dalam buku yang ia tulis bersama Istrinya Ariel Durant, Story of Civilization, ia mengatakan: “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka”. Wallahu a’lam bish showab.

Artikel Lainnya

Kajian: Tanya Jawab Akar Sampai Daun

Mengkaji Islam merupakan kewajiban sekaligus kebutuhan bagi setiap kaum muslim. Dari forum kajian seorang muslim bisa belajar hukum dan aturan yang telah Allah Swt. turunkan sebagai solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi manusia. Seperti halnya agenda rutin yang diadakan sebulan sekali oleh para muslimah di Pakem, Sleman, DIY.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *