Berantas Kemiskinan Ekstrem, Bisakah?

Berantas Kemiskinan Ekstrem, Bisakah?

 

Oleh : Hasnie Amirah Khulud

(Aktivis Muslimah, Ngaglik, Sleman, DIY)

 

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Soeharso Monoarfa, menyebutkan target pengentasan kemiskinan ekstrem nol di tahun 2024 diturunkan menjadi 2,5 persen. Untuk mencapai target nol pemerintah perlu mengentaskan kemiskinan terhadap 5,6 juta orang. Dalam pemaparan tersebut menurut beliau penanggulangan kemiskinan ekstrem belum efektif karena pengumpulan data yang belum akurat. Program yang masih belum terintegrasi dan pemberdayaan sosial ekonomi belum berkelanjutan (cnnindonesia.com, 06/04/2023).

 

Selain itu, di tahun ini pemerintah mengganti program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dana desa menjadi BLT Kemiskinan Ekstrem. Dengan bantuan dana yang masih sama tetapi jumlah penerima berkurang. Dikutip dari website Pemerintah Desa Tegal Harum, data dari Kemendur PDTT tahun 2022, terdapat 4,4 juta warga miskin ekstrem yang tersebar di 37.868 desa, lalu diolah untuk menetapkan penerima BLT Kemiskinan Ekstrem 2023.

 

Rantai Kemiskinan Tak Kunjung Putus

Melihat fakta yang ada semakin jelas bahwa pengurusan bab ekonomi saat ini belum tuntas. Terlebih lagi, seusai masa pandemi Covid-19. Program-program pemerintah yang diharapkan untuk menuntaskan kemiskinan saat ini hanya beberapa persen saja progres yang dicapai. Berharap tuntas tetapi justru malah amblas. Masyarakat miskin masih banyak walaupun dari data yang ada mengalami penurunan di bulan Maret 2022 kemudian di bulan September 2022 meningkat lagi. Tentu rantai kemiskinan ini tidak kunjung putus jika, Akar permasalahannya saja tidak di cabut atau dituntaskan.

 

Islam Memiliki Aturan Istimewa

Islam adalah agama yang sempurna. Dimana semua bab diatur di dalamnya mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, juga sampai tatanan negara. Di masa jaman kekhalifahan dahulu orang miskin jarang ditemukan hanya beberapa saja itu pun ditanggung oleh negara.

 

Peraturan yang begitu istimewa membuat rakyatnya menjadi terayomi. Banyak keberkahan di dalamnya. Dalam Islam sumber daya alam (SDA) dikelola oleh negara sehingga, hasil dari sumber daya tersebut untuk rakyat. Jadi tidak ada rakyat yang sengsara dalam kemiskinan. Sistem Islam adalah sebaik-baiknya sistem yang ada.

Wallahua’lam Bishowwab.

 

 

Artikel Lainnya

Pemerataan Pembangunan Desa, Akankah Menjadi Realita?

Realitasnya bahwa tak semua desa mampu secara finansial membiayai pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya sendiri. Meski ada program Dana Desa yang konon katanya adalah bentuk perhatian pemerintah nyatanya terselip motif lain yaitu neoliberalisme ekonomi melalui sektor pariwisata dan sumber daya alam strategis yang dimiliki oleh tiap desa di negeri ini. Rupanya dibalik program-program yang dicanangkan untuk mengelola desa di dasarkan pada untung dan rugi.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *