Mengentaskan Masalah AKI

Laporan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) menyebutkan, setiap dua menit ada perempuan yang meninggal dunia selama mengandung atau melahirkan, hal itu tercantum dalam laporan berjudul “Trans Maternal More Thiality” yang dirilis pada Kamis 23 Februari 2023 lalu.

 

Laporan tersebut melacak kematian ibu secara nasional, regional dan global dari tahun 2000 hingga 2020. Laporan itu menunjukkan ada sekitar 287.000 kematian ibu di seluruh dunia pada tahun 2020, angka tersebut hanya mengalami sedikit penurunan dari 39.000 kematian ibu pada 2016.

 

Ketika program tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs muncul secara total, kasus kematian ibu tetap terkonsentrasi terutama di bagian dunia termiskin dan negara-negara yang terdampak konflik pada 2020, sekitar 70% dari semua kematian ibu terjadi di sub Sahara Afrika.

 

Kasus kematian ibu meningkat adalah kemunduran yang mengkhawatirkan, kepala organisasi kesehatan dunia atau WHO mengatakan, kehamilan seharusnya menjadi masa penuh harapan dan pengalaman positif bagi semua perempuan. Namun saat ini, kehamilan dan melahirkan masih merupakan pengalaman yang sangat berbahaya bagi jutaan orang di seluruh dunia yang tidak memiliki akses perawatan kesehatan berkualitas.

 

Para pakar mengatakan, krisis kesehatan ibu dikhawatirkan akan semakin memburuk, PBB pun mengingatkan para pemimpin negara untuk bertindak mengakhiri kematian ibu dengan memberi sistem perawatan kesehatan dan menutup kesenjangan sosial dan ekonomi yang melebar, yang berdampak pada kematian.

 

Kapitalisme Biangnya

 

Sejatinya solusi yang ditawarkan PBB adalah solusi utopis, sebab dalam kapitalisme, kesehatan di kapitalisasi dan kemiskinan tidak mungkin dientaskan. Data ini sejatinya membuka borok kegagalan kapitalisme dalam menyelesaikan persoalan Angka Kematian Ibu (AKI) tanpa kesejahteraan dan layanan kesehatan murah.

 

AKI akan terus terjadi dalam sistem kehidupan kapitalisme, tidak ada jaminan kesehatan bagi setiap warga negara dan tidak ada jaminan pemenuhan kebutuhan pokok yang tercukupi bagi mereka. Sistem ekonomi kapitalisme bertanggung jawab besar atas hal ini, yakni minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan, mahalnya bahan-bahan pokok dan mahalnya biaya kesehatan.

 

Padahal peningkatan pelayanan kesehatan menjadi salah satu kunci menekan AKI. Publik harus menyadari bahwa sistem kehidupan sekuler kapitalisme tidaklah selaras dengan fitrah perempuan tidak juga berpihak pada kebutuhan dan kesehatan ibu hamil dan kehamilannya.

 

Sistem ini telah menjadikan semua hajat hidup rakyat sebagai komoditas dan negara hanya sebagai fasilitator bagi dominasi korporasi, tak heran dalam menyelesaikannya pun negara menggandeng pihak swasta. Sistem ini hanya mengedepankan nilai materi tetapi menihilkan atmosfer kehidupan dari nilai insaniah, moral maupun spiritual yang dibutuhkan bagi kesehatan dan keselamatan jiwa ibu hamil dan melahirkan.

 

Solusi Islam

 

Berbeda dengan Islam, yang menjadikan layanan kesehatan termasuk pada ibu hamil dan bersalin sebagai kewajiban negara apalagi hal ini terkait dengan masa depan generasi yang akan membangun peradaban yang mulia. Islam menetapkan bahwa negara tidak boleh menjadikan kesehatan sebagai jasa atau komiditas yang dikomersialkan karena merupakan kebutuhan pokok bagi publik, karena itu tidak ada biaya untuk mendapatkan pelayanan. 

 

Islam juga menjamin kesejahteraan rakyat dengan berbagai mekanisme sehingga tercapai derajat kesehatan yang tinggi dan layanan kesehatan prima dengan demikian AKI bisa diberantas hingga tuntas. Jaminan kesejahteraan rakyat dalam Islam terealisasi melalui politik ekonomi Islam, yang dijalankan para pemimpinnya. Pemimpin dalam sistem Islam akan mengelola harta untuk memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya bergerak maupun tak bergerak yang diambil dari Baitul Mal.

 

Sistem Islam akan mengelola sumber daya alam secara adil dengan mengatur dengan baik kepemilikan umum negara dan individu sehingga tidak menimbulkan kemudratan bagi rakyat. Negara Islam menetapkan sumber daya alam sebagai milik umat yang wajib dikelola oleh negara, negara tidak boleh menyerahkan pengelolaannya kepada pihak swasta atau asing, hasil pengelolaan kekayaan sumber daya alam tersebut akan didistribusikan kepada seluruh rakyat dalam bentuk pelayanan pendidikan dan kesehatan gratis, alhasil kesehatan bisa diakses siapa saja tanpa membedakan status sosial, ras, warna kulit dan agama.

 

Pasien akan dirawat hingga benar-benar sembuh, tanpa batasan waktu,  dalam sejarah penerapan Islam di bawah institusi negara Khilafah,  Wilderan dalam “The story of Civilization” menceritakan dengan menyatakan Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya.

 

Contohnya, rumah peristirahatan yang dibangun oleh Nuruddin di damaskus pada tahun 1160 telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis. Para sejarawan berkata bahwa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun luar biasa, kesejahteraan individu rakyat dalam sistem Islam bisa dicapai tanpa menggerakkan para perempuan dalam dunia kerja.

 

Sebab Islam tidak akan membebani para ibu bertanggung jawab atas nafkah sehingga negara tidak akan pernah menerapkan program kesetaraan gender yang memaksa perempuan bekerja bahkan ketika nafkah tidak mencukupi negaralah yang bertanggung jawab. Sistem kehidupan Islam adalah satu-satunya yang mampu menjamin kesehatan perempuan ibu hamil dan melahirkan. Wallahu a’lam bish showab. 

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *