Spirit Profit Asas pengelolaan Pariwisata Dalam Sistem Kapitalis
Dalam rangka optimalisasi pengembangan dan pembangunan serta meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Kota Bogor khususnya wilayah kelurahan Situgede, gubernur Jawa Barat akan melakukan revitalisasi wilayah Situ Gede menjadi destinasi wisata dan pengembangan ekowisata dengan suasana eksotis.
Menurut Gubernur Jawa Barat. bahwa revitalisasi Situ Gede dengan sejumlah kota dan danau didalamnya, menjadi obyek wisata yang berada di kawasan hutan lindung yang telah dilengkapi berbagai fasilitas wahana air, tempat istirahat serta warung – warung kuliner yang akan memberi kemaslahatan pada masyarakat dalam rangka meningkatkan ekonomi dan wisata. Gubernur Juga memberikan pesan kepada walkot Bogor untuk memberdayakan potensi wisata dan kuliner serta ramaikan dengan kegiatan Agustusan, Cap Go Meh, dan lainnya. Semua itu akan menjadi keunikan tersendiri bagi Kota Bogor untuk menarik wisatawan datang berkunjung. ( Kompas.com,20-01-2023).
Mengenal Situ Gede lebih jauh , dahulunya sebelum di jadikan tempat wisata Situ Gede berfungsi sebagai area penyimpanan air, yang digunakan untuk mengairi sawah disekitaran. Melihat bagaimana keadaan Situ Gede dijadikan destinasi wisata, untuk meningkatkan sektor perekonomian demi kemaslahatan masyarakat. Benarkah keberadaan objek wisata mampu meningkatkan taraf ekonomi dibandingkan dengan fungsinya semula sebagai area penyimpanan air untuk mengairi sawah?
Alih – alih meningkatkan ekonomi dan kemaslahatan, justru merubah fungsi lahan pengairan sawah – sawah sekitar atau sebagai penampung air. Mengalih fungsikan lahan persawahan menjadi objek wisata, akan menghilangkan mata pencaharian para petani. Adanya objek wisata pasti akan mendatangkan para pebisnis besar yang paham celah usaha yang mendatangkan cuan, ini akan menggerus pebisnis lokal yang berada disekitar daerah wisata, akan terhempas dari persaingan.
Pebisnis besar akan mencaplok pebisnis lokal, penduduk lokal harus puas dengan hanya jadi penjual asongan ataupun pegawai dengan gaji yang tidak seberapa. Pemilik tanah pun harus rela menjual tanah mereka dengan harga yang tidak sepadan. Keberadaan rakyat kecil justru kian terkucil. Wisata dalam sistem kapitalis saat ini tidak lebih penjajahan atas ekonomi yang berujung pada keuntungan materi.
Banyaknya wisatawan yang datang berkunjung tentu akan merubah adat kebiasaan masyarakat sekitar. Sedikit banyak akan memberi pengaruh pada cara hidup, pandangan hidup, pergaulan, kebiasaan dan segala perilaku serta pemikiran akan terkontaminasi wisatawan. Bukan tidak mungkin masuknya budaya asing yang masuk lewat pariwisata turut berkontribusi merusak ahlak generasi.
Metode baku yang digunakan kapitalisme dalam mempertahankan hegemoninya adalah dengan melakukan penjajahan. Bantuan ekonomi sebagai bentuk penjajahan melalui pinjaman luar negri dan konsep ” rencana pembangunan ” merupakan taktik politik kapitalis dalam menjalankan misinya. Strategi penjajahan kapitalis dalam bidang pariwisata adalah dengan mengklaim bahwa pariwisata sebagai kunci pertumbuhan ekonomi. Pariwisata menjadi alat penjajahan ekonomi bagi kaum kapitalis sekuler, dengan mengundang para wisatawan, akan mempercepat pertumbuhan ekonomi, sebagai pendorong dan penggerak sektor lain.
Watak ekonomi kapitalis adalah menghalalkan segala cara, untuk mendapat keuntungan sebesar – besarnya tanpa melihat dampak buruk yang akan ditimbulkan atas kebijakan yang diambil. Demi menggaet wisatawan, adat istiadat yang tidak sesuai dengan syariat justru dilestarikan, kebudayaan yang mengandung sirik pun sah-sah saja dilanggeungkan bahkan disyiarkan. Bukan hanya perkara akidah muslim yang tergerus identitas keIslamanya, liberalisasi pun kian subur dan menjamur, menjangkiti warga sekitar,
Pariwisata terus dipicu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi walau harus melanggar aturan syariat. Sumber daya alam yang melimpah sebagi modal utama meningkatkan pertumbuhan ekonomi justru dibiarkan lepas, di berikan kepada asing dalam pengelolaannya, lagi dan lagi para kapitalis yang diuntungkan.
Jika kita cermati pengelolaan apapun dalam sistem kapitalisme, akan berujung pada keuntungan, syariat dipilih – pilih mana yang akan mendatangkan profit, termasuk pariwisata spirit bermotif profit, segala sesuatu disandarkan pada materi. Termasuk wisata halal, halal disini bukan disandarkan pada syariat, akan tetapi pada permintaan pasar. Tuntutan kaum muslim yang sudah tersadarkan pentingnya kehalalan, namun tidak didukung dengan pemahaman, peran negara pun tidak ada dalam mengedukasi umat terkait halal haram.
Pariwisata dalam Islam
Islam agama sempurna dan menyeluruh, tidak satu perkara pun yang tidak diurus oleh Islam. Begitu juga dalam hal pariwisata, Islam menjadikanya sebagai alat propoganda dan dakwah. Panorama alam elok nan eksotis, air terjun, berbagai flora dan fauna dengan berbagai corak dan jenisnya tidak saja dijadikan objek wisata tapi juga wasilah dalam menyebarkan Islam. Sehingga bagi muslim kian menambah keyakinan dan bagi non muslim akan mendapat pengetahuan tentang ajaran Islam.
Semangat dakwah menyelimuti setiap interaksi yang terjadi antara penduduk setempat dengan wisatawan. Pemandu wisatawan akan memberikan pemahaman dan penjelasan terkait keindaham alam yang tidak lepas dari ajaran Islam, sehingga terjadi transfer pemikiran. Wisatawan yang mendapat penjelasan Islam sehingga mendapat pengetahuan tentang ilmu Islam.
Keberadaan cagar budaya alam atau adat istiadat berupa peninggalan manusia jaman dulu, dimanfaatkan untuk menunjukkan bukti nyata tentang kejayaan Islam. Jika ada peninggalan selai dari agama Islam maka dibiarkan karena haram hukumnya menghancurkan tempat ibadah agama lain, sebagai muslim kita dilarang mengunjungi tempat tersebut. Tempat wisata berupa taman hiburan yang berhiaskan berbagai macam patung dan kemaksiatan lainnya jika hanya berdasarkan kesenangan semata yang tidak mengandung faedah.
Dalam Islam pariwisata difungsikan menjadi wasilah dalam meraih taqwa, negara tidak membiarkan sarana atau objek wisata terbengkalai, membangun semua fasilitas yang dibutuhkan. Muslim akan dimudahkan dalam menjalankan ketaatanya selama safar. Semua dilakukan negara dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan umat dan sebagai pemimpin memiliki tanggung jawab besar dihadapan Allah SWT.
Wisata akan mengantarkan pada taqwa ketika Islam diterapkan secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan dalam institusi khilafah Islamiah sebagai identitas seorang muslim.
Wallahu’alam
Komentar