Inilah Solusi Islam Atas Gangguan Kesehatan Mental

Gangguan kesehatan mental kian marak di seluruh dunia. Gangguan ini juga menimpa semua kalangan. Mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Termasuk di Indonesia. Berdasarkan hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), sebanyak satu dari tiga remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Jumlah itu setara dengan 15,5 juta remaja di dalam negeri (dataindonesia.id, 25-10-2022).

Penyebab gangguan kesehatan mental dapat berasal dari dalam dan luar diri seseorang. Dalam diri, ini bisa disebabkan dari pengalaman hidup yang dialami, gangguan kesehatan fisik, faktor biologis, dll. Sedangkan penyebab dari luar diri, bisa berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat dan negara. Didikan orang tua akan mempengaruhi kondisi mental seorang anak. Begitu juga dengan kondisi sosial di dalam masyarakat. Adanya perundungan, toxic relationship, kebebasan berperilaku, merupakan sebagian gambaran dari kondisi masyarakat yang membuat kondisi mental individu di dalamnya terganggu.

Terlebih dari lingkungan negara. Tidak adanya jaminan kesejahteraan masyarakat ditambah kebutuhan hidup yang terus meroket menjadi penyebab utama gangguan kesehatan mental warga negara. Meskipun demikian, tak dapat dimungkiri bahwa faktor pendidikan, politik, media juga bisa menjadi penyebab gangguan kesehatan mental.

Dari semua faktor penyebab tersebut, pada dasarnya semua disebabkan tidak adanya nilai ruhiyah (spiritual) di dalam aktivitas manusia. Saat manusia hanya menyandarkan aktivitasnya pada materi semata, maka ia akan mengalami kekosongan hati saat menghadapi masalah. Akibatnya, rasa marah, gelisah, cemas, was-was, tak nyaman akan menyergap diri. Jika semua rasa ini tidak dapat diatur dan diposisikan dengan baik, maka akan mengganggu kesehatan mental seseorang. Seseorang akan menjadi stres, depresi, gangguan delusi, dll. Oleh karena itu, menghadirkan iman yang kokoh dalam diri merupakan hal yang penting.

Namun, ini tidak akan ada dalam sistem sekuler saat ini. Sistem sekuler telah menjauhkan manusia dari aturan agama (Islam) yang mampu menyelesaikan segala masalah hidup. Sistem sekuler telah membentuk orientasi hidup manusia hanya untuk mencapai kesenangan materi. Jika hal itu tidak didapatkan, maka rasa gelisah, cemas, was-was, dan lain sebagainya akan selalu hadir dalam hidup manusia. Padahal, dalam agama Islam, orientasi hidup bukan hanya untuk mencari materi semata. Namun digunakan untuk beribadah kepada Allah Swt. Tolak ukur perbuatan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan rida Allah Swt. Sehingga segala perbuatan harus berlandaskan halal haram yaitu sesuai dengan syariat Islam.

Oleh karena itu, gangguan kesehatan mental hanya bisa diselesaikan jika seseorang memiliki iman yang kokoh berlandaskan akidah Islam, memahami visi dan misi hidup di dunia dan memiliki pola pikir serta pola sikap yang sesuai syariat Islam. Ini semua akan membuat manusia menjadi sosok yang positif, produktif, visioner dan pemimpin yang baik. Untuk mewujudkan sosok manusia tersebut maka harus ada sistem yang amanah yang mendukung agar hal tersebut dapat terwujud. Sistem itu adalah sistem Islam.

Islam sebagai agama dan sebuah ideologi sahih menjadikan keimanan sebagai faktor utama atas perbuatan manusia. Keimanan akan menjadikan seseorang yakin terhadap segala ketetapan dan ketentuan Allah Swt. Sehingga manusia tidak mudah bimbang atas permasalahan hidup yang dialami. Adanya jaminan kemudahan memenuhi kebutuhan hidup dalam negara yang menerapkan Islam, juga turut membuat seorang muslim merasakan ketenangan dalam hidup. Dari ketenangan inilah manusia akan mampu menjaga kesehatan fisik dan psikisnya. Penerapan sistem Islam selain merupakan perkara yang penting, juga merupakan bagian dari konsekuensi keimanan kepada Allah Swt. Allah Swt berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam agama Islam secara kaffah (menyeluruh). Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu adalah musuh nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah : 208). Wallahu a’lam bishawab.

Artikel Lainnya

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *