Pentingnya Me-Reset Kesehatan Mental Ketahui Sebab Suramnya Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia

Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia pada 10 Oktober 2022 silam meninggalkan kekhawatiran yang mendalam. Terutama fakta bahwa kaum muda secara global terjerembab dalam kondisi mental yang sakit. Padahal menurut ahli kepribadian yang namanya masa muda adalah rentang waktu antara 15-30 tahun.

 

Masa ini menjadi kunci perkembangan kehidupan seseorang. Dimasa inilah puncak kekuatan fisik, akal, energi juga kreativitas anak adam. Secara psikis ia berada di fase dimana idealisme dan semangatnya berkobar, ingin apapun yang dicita-citakan cepat terwujud. Oleh karena itu tidak mengherankan jika sebagian besar perubahan dunia diinisiasi oleh kaum muda.

 

Hanya saja, masa muda ini memang indah namun ternyata juga menyimpan banyak tantangan, apalagi untuk kaum muda generasi Islam. Mengelola masa muda agar memiliki karakter kuat berakidah dan berkepribadian Islam, merupakan suatu perjuangan yang tidak mudah.

 

Sebab pertentangan yang paling berat dan sulit serta menantang dalam fase kehidupan ini adalah menundukkan masa muda itu sendiri, untuk kemudian tumbuh dalam ketaatan kepada Allah. Dorongan untuk menjadi baik sama kuatnya  dengan dorongan menjadi buruk.

 

Untuk lebih menajamkan pandangan kita melihat realitas yang terjadi terhadap kaum muda, mari kita kupas beberapa fakta hasil survey keadaan kaum muda dari beberapa tempat di dunia.  Mengutip tulisan Derek Thompson dari laman theatlantic.com pada 11/4/2022 tentang mengapa kondisi remaja Amerika Serikat (AS) sangat menyedihkan.

 

Thompson menyampaikan AS sedang mengalami krisis kesehatan mental remaja yang ekstrem. Dari 2009 hingga 2021, jumlah siswa sekolah menengah Amerika yang mengatakan mereka merasakan “perasaan sedih atau putus asa yang terus-menerus” meningkat dari 26 persen menjadi 44 persen, menurut sebuah studi baru Centers of Disease Control and Prevention (CDC). Ini adalah tingkat kesedihan remaja tertinggi yang pernah tercatat.

 

Survey pemerintah terhadap hampir 8.000 siswa sekolah menengah, yang dilakukan dalam enam bulan pertama tahun 2021, menemukan banyak variasi dalam kesehatan mental di antara berbagai kelompok. Lebih dari satu dari empat anak perempuan melaporkan bahwa mereka telah serius mempertimbangkan untuk mencoba bunuh diri selama pandemi, yang dua kali lipat dibandingkan anak laki-laki. 

 

Hampir setengah dari remaja LGBTQ mengatakan mereka telah mempertimbangkan untuk bunuh diri selama pandemi, dibandingkan dengan 14 persen dari rekan heteroseksual mereka. Kesedihan di kalangan remaja kulit putih tampaknya meningkat lebih cepat daripada di antara kelompok lain. Namun gambaran besarnya sama di semua kategori. Hampir setiap ukuran kesehatan mental semakin buruk, untuk setiap demografi remaja, dan itu terjadi di seluruh negeri. Fakta di AS ini cukup mewakili realitas remaja di Barat.

 

Di sebelah Timur, kesehatan mental menjadi masalah yang lazim bagi Korea Selatan, dengan tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara-negara OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). Sejumlah 95 persen orang Korea Selatan dilaporkan mengalami stres, dengan tingkat depresi yang mengejutkan di antara orang tua dan remaja. Hasilnya adalah epidemi nasional yang mengkhawatirkan yang terus memburuk setiap tahun selama 20 tahun terakhir. Setiap hari, hampir 40 warga Korea Selatan melakukan bunuh diri (hir-harvard.edu pada 11/3/2022).

 

Cukup mengejutkan ketika theconversation.com baru-baru ini menerbitkan hasil riset sebanyak 2,45 juta remaja Indonesia tergolong sebagai Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) pada 12/10/2022. Penelitian tersebut dilakukan bersama University of Queensland di Australia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat (AS), berjudul Indoensian-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS).

 

Disisi lain, Kaum muda dunia belum beranjak dari masalah klasik berupa kriminalitas, seks bebas, LGBT, aborsi, narkoba dan alkohol. Gaya hidup millenial semakin hedonis dan materialistis. Tuntutan performa yang maksimal dan canggih memaksa kaum muda  menggelontorkan dananya, termasuk kekayaan orang tua bahkan rela berhutang untuk memenuhi tuntutan sosial itu.

 

Kondisi kaum muda yang demikian bukanlah fenomena yang ujug-ujug ada. Ini harus dipahami sebagai konsekuensi dari penerapan ideologi kapitalisme yang mengejar materi dan kesenangan hidup.Ketika mereka menuntut ilmu, ilmu itu justru tidak menjamin mereka menjadi generasi unggul. Ketika mereka berjibaku meraih karier, semata-mata untuk rencana trip akhir tahun ke berbagai negara, untuk hunting foto dan selfie berbagai event yang akan mengisi linimasa di laman-laman media sosial.

 

Hidup hanya sebatas eksistensi sosial media. Inilah diantaranya yang menjadi penyebab depresi dan kecemasan yang mengisi hasil survey Pew Research Center. Kesehatan mental terganggu akibat terlalu lama mengakses sosial media bahkan mengalami kecanduan karenanya.

 

Tekanan untuk tampil sempurna, persaingan yang ketat dan berbagai tuntutan menyebabkan kesehatan mental terganggu. Kapitalisme merusak hampir semua peluang hidup alamiah kaum muda

 

Masa Muda Tanpa Masalah Kesehatan Mental

 

Islam sangat memperhatikan masa muda, diantara pesan Rasulullah SAW kepada kaum muda adalah bahwa salah satu dari tujuh golongan yang memperoleh naungan pada saat tiada naungan kecuali naungan dari-Nya pada hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.

 

Ahli hikmah mengatakan, “siapa yang tumbuh pada masa mudanya dengan orientasi, akhlak, kepribadian, karakter tertentu, maka rambutnya akan memutih dalam kondisi ia memiliki karakter yang telah diperjuangkannya itu”.

 

Imam Syafi`i mengatakan :

“Sungguh pemuda itu distandarisasi dari kualitas ilmu dan ketakwaannya. Jika keduanya tidak melekat pada struktur kepribadiannya, Ia tidak layak disebut pemuda”.

 

Dalam hal ini, Islam memilki seperangkat mekanisme untuk mewujudkan kaum muda dalam kualitas yang jauh melampaui ekspekstasi. Islam telah mencatat nama-nama kaum muda yang mengguncang dunia. Mereka meninggalkan jejak yang bersinar hingga ke syurga. Seorang Mushab bin Umair telah meninggalkan kemewahan dan kenyamanan hidup menjadi agent of change perjuangan dakwah Islam.

 

Pemuda yang dirahmati Allah ini mencatat prestasi spektakuler, setahun mengislamkan penduduk Madinah dan menyiapkannya untuk menjadi nuktah al irtikaz (titik pusat) dakwah Islam. Mushab hanyalah salah satu dari mutiara-mutiara umat,  hal ini karena demikian banyaknya kaum muda yang menorehkan tinta emas dalam lembaran sejarah kehidupan Islam.

 

Jurus Me-reset Kesehatan Mental

 

Mental illness adalah sesuatu yang fitrah, apalagi sistem yang ada memberi ruang bagi tumbuh suburnya mental yang sakit. Berikut seperangkat mekanisme untuk me-reset kembali kesehatan mental.

Pertama, jagalah Allah, penuhi hak-hak Allah, jalankan perintah-Nya dan tinggalkan larangan-Nya. Hal tersebut karena barangsiapa yang menjaga Allah, menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan di masa muda, Allah akan menjaga badannya di masa tua.

 

Tersebut kisah Abu  Thayyib at Thabary yang berusia melewati 100 tahun masih memiliki kekuatan yang luar biasa. Pernah suatu ketika ia melompat dari perahu ke tepi daratan, sehingga orang-orang di sekelilingnya mengkhawatirkan keadaanya yang sudah tua. Tapi beliau mengatakan :

”Tubuhku ini aku jaga dari kemaksiatan sejak muda, sehingga Allah menjaganya ketika aku sudah tua”. (Dalam Jaami’ul Uluum wal Hikaam (1/186).

 

Kedua, meminta dan berbuatlah hanya karena Allah, senantiasa kaitkan semua aktivitas kita kepada hukum syara’. Pedomanilah hukum syariah terhadap segala aktivitas, pun ketika chat dari lelaki ajnabi mampir di wall sosial media. Jangan biarkan ia menjadi pintu yang akan mendorongmu kepada kebinasaan.

 

Ketiga, berjamaahlah dengan orang-orang shalih.

 

Keempat, belajar Islam secara kontinyu, pahami, amalkan dan dakwahkan kembali.

 

Kelima, milikilah proyek akhirat dengan bergabung bersama para pejuang Islam yang akan mengembalikan kehidupan Islam. Jika di masamu kaum muda Islam demikian sulit berjaya, perjuangkanlah tempat tumbuh yang kondusif bagi kaum muda masa depan.

 

Dengan menyandarkan hidup kepada Islam, kesehatan mental akan hilang tak berbekas. Galau level dewa sekalipun baik karena persoalan rizki, cinta, pekerjaan, pergaulan lenyap berganti optimis karena berserah diri kepada Allah.

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *