Menelisik Optimisme Indonesia Negara Maju 2045
Suara Netizen Indonesia–Acara Dies Natalis ke-65 Universitas Sriwijaya (UNSRI) di Auditorium UNSRI Kampus Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel), Senin, 3 November 2025, dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian.
Tito menyampaikan rasa optimisnya bahwa Indonesia akan menjadi negara maju pada 2045. Ada empat aspek utama yang mendasarinya, yaitu angkatan kerja yang besar, wilayah luas, sumber daya alam (SDA) melimpah, serta posisi geografis yang strategis.
Empat aspek tersebut, menurut Tito telah dikaji oleh pakar keamanan internasional, intelijen, dan pertahanan Turki, Sait Yilmaz. Pada aspek pertama, Sait mengatakan suatu negara akan dominan apabila didukung oleh angkatan kerja yang besar karena mampu mendongkrak produktivitas di sektor ekonomi.
kedua adanya sumber daya alam yang melimpah untuk menjadi bahan produksi (raw material). Terkait sumber daya manusia yang besar, Indonesia didominasi oleh pemuda usia produktif, karena bonus demografi. Tito pun mengambil contoh Singapura dan Kota Dubai, Uni Emirat Arab, yang meskipun tidak banyak memiliki sumber daya alam, tetap mampu menjadi negara maju berkat kualitas SDM-nya.
Menurut Tito lagi, yang terpenting mengedepankan kualitas SDM dibandingkan SDA, hal ini sesuai semangat Presiden RI Prabowo Subianto untuk menerapkan paradigma ekonomi kerakyatan. “Beliau selalu mengulang dan mengulang, Pasal 33 UUD 1945, bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, (detiknews.com, 4-11-2025).
SDM Berkualitas Dalam Sistem Kapitalis, Ilusi!
Tentulah penting SDM yang berkualitas dalam mengelola kekayaan bangsa. Pun demikian sebuah peradaban, bergantung dengan landasan apa SDMnya dibangun. SDM yang cakap teknologi saja tidak cukup, karena jika kita melihat negara maju di dunia, secara bangunan dan kemajuan teknologi memang melampui batas impian manusia. Apa yang dulu hanya angan, kini hisa diwujudkan.
Baca juga:
TKD Tak Naik, Investasi Ditarik
Kemajuannya terlihat dari bangunan pencakar langit, gurun yang hijau, kendaraan hibrid, pesawat luar angkasa, penelitian detil Planet Mars dan lainnya, tapi di sisi lain kita tak bisa menutup mata, perceraian tinggi, perzinahan di jalan-jalan, aborsi, narkoba, perilaku penyuka sesama jenis, pembunuhan, dan lain sebagainya begitu terpampang di depan mata, ditambah media sosial yang sangat akurat dan cepat menyampaikan berita sesaat setelah kejadian, seluruh dunia sudah tahu. Artinya makna maju bukan hanya fisik tapi juga kualitas manusianya. Jelas hal itu butuh satu pondasi yang tak hanya kuat tapi sahih dalam pembangunannya.
Jika ditelisik, apa yang negeri ini punya untuk menjadi maju? kualitas SDM kita memprihatinkan, sebab pendidikan mahal, tidak setiap orang bisa mengakses dengan mudah dan murah, padahal pendidikan adalah kunci generasi maju dan tangguh. Mereka yang sudah lulus kuliah pun masih harus bertaruh nyawa mencari pekerjaan, memang benar mayoritas adalah usia produktif, tapi jika negara tidak menyediakan lapangan pekerjaan yang luas mana bisa mereka berdaya?
Pendidikan yang berbasis sekuler, pemisahan agama dari kehidupan juga telah menciptakan bencana lain, yaitu hilangnya adab dan akhlak anak. Banyak kasus bullying, pelecehan seksual, kekerasan, perilaku menyimpang hingga penghilangan nyawa menjadi rutinitas di dunia pendidikan kita. Orientasi masa depan pun hanya secepatnya mendapat pekerjaan.
Kemudian jika melihat aspek kesehatan, bonus demografi memang bisa jadi aset, tapi banyak yang stunting, gizi buruk, hingga kemiskinan ekstrem membuat masyarakat mengabaikan kesehatan demi berjuang hidup. Jaminan kesehatan pun diselenggarakan badan penjamin, BPJS, bukan negara, skema asuransi dan berbasis riba. Negara lepas tangan, karena memang demikianlah karakter Kapitalisme.
Jangan tanya lagi aspek keamanan, padahal SDM unggul hanya bisa terlahir dalam suasana aman. Akibat tekanan ekonomi dan biaya hidup yang tinggi, tingkat keamanan menjadi rendah, mudahnya orang menghilangkan nyawa orang, mencuri, korupsi menjadi gangguan yang tak terelakkan. Tingkat depresi tinggi membuat banyak orang membuat keputusan nekad hingga tak segan mencelakai orang lain.
Bahkan seringkali aparat keamanan malah berhadap-hadapan membela korporasi, rakyat dipaksa keluar dari tanah tumpah darahnya demi ambisi Proyek Strategis Nasional, bagaimana bisa generasi tumbuh sempurna, jika faktor pendukungnya rusak bahkan negara menjadi musuh nyata kaum miskin dan papa?
Semua ini akibat diterapkannya sistem manusia, Kapitalisme. Apa yang termaktub dalam UUD 1945 tak pernah terealisir dengan benar. Memang Negara yang menguasai SDA, namun bukan untuk kepentingan rakyat samasekali. SDA melimpah justru menjadi komoditas yang diperjualbelikan kepada para investor. Tanah dan hutan, bahkan tambang diberikan hak konsensi hingga ratusan tahun kepada asing. Contoh mudah PT Freeport yang mendapat jatah tambahan pengelolaan tambang hingga 2061.
Belum lagi kebijakan impor yang mematikan usaha serta industri dalam negeri. Kerjasama perdagangan bebas yang ditandatangi negara, berhasil mematikan produk Indonesia dan membuat gulung tikar banyak perusahaan, sebab produk impor membanjiri pasar karena masuk tanpa pajak masuk.
Baca juga:
Deklarasi Istiqlal-Vatikan, Sesat Pikir Sistem Sekuler
Bisa kita katakan, Indonesia maju 2045 hanyalah ilusi, jika kita masih terapkan Sistem Kapitalisme. Nyatanya antara teori dengan kebijakan yang diterapkan seringnya bertabrakan bahkan tumpang tindih antara lembaga satu dengan lainnya. Memajukan negara pun butuh biaya, sedangkan APBN kita berisikan utang dan pajak. Makin berat beban yang harus ditanggung manakala Presiden Prabowo berjanji akan melunasi utang kereta cepat Whoss Rp1,2 triliun setiap bulannya, jelas bukan dari kantong pribadi presiden, melainkan dari APBN.
Islam Solusi
Apakah yang demikian disebut kemajuan? Mengapa kita hanya berani mengarahkan makna maju pada negara kaya di dunia ini? Padahal 1400 tahun lalu, ada satu peradaban luarbiasa, yang hingga kini belum ada tandingannya.
Itulah peradaban Islam, negara Islam pertama yang ditegakkan oleh Rasulullah saw. bersama para sahabatnya, banyak dari mereka bahkan tergolong usia muda dan produktif. Mereka memegang teguh agama dan keyakinan mereka yaitu Islam dan jejak mereka tak lekang oleh waktu.
Syariat Islam menjadi landasan dalam mengatur urusan rakyat. Baik dalam negeri mau pun luar negeri samasekali tidak bersandar pada hukum kafir. Politik luar negerinya adalah jihad. Guna menebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Para sahabat dibina oleh Rasûlullâh agar akidahnya kuat dan tsaqofah Islamnya luas. Mereka dikirim ke berbagai negeri untuk menyampaikan Islam dan memimpin dengan syariat Islam.
Sebaliknya, Kapitalisme berasaskan sekuler, pemisahan agama dari kehidupan. Tidak mengenal halal haram yang terpenting adalah manfaat. Maka aturan manusia menjadi hal yang prioritas untuk diterapkan dibandingkan hukum Allah.
Maju dalam Sistem Islam adalah yang terbaik, sebab manusia adalah hamba Allah yang tak mungkin lepas dari aturanNya kecuali dalam keadaan hancur. Penerapan syariat Kafah bukan hanya menjadikan negara maju dalam artian duniawi namun juga akhirat, sebab setiap amal akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt.
Baca juga:
Family Office, Menggaet Investasi Asing Keluarga Ultra Kaya
Negara maju hanya diisi oleh SDM yang disebut Allah sebagai ulul albab, sebagaimana firman Allah swt yang artinya,”Allah telah menyediakan azab yang sangat pedih bagi mereka. Maka, bertakwalah kepada Allah, wahai ulul albab (orang-orang yang berakal sehat, berhati bersih, dan cerdas,) (yaitu) orang-orang yang beriman. Sungguh, Allah telah menurunkan peringatan kepadamu.” (QS At-Talaq: 10). Wallahualam bissawab. [SNI].
Komentar