Harapan Perubahan Pada Kabinet Baru, Ilusi!
Suara Netizen Indonesia–Pengamat hubungan internasional Teuku Rezasyah menyatakan cocok, terkait penunjukan Anis Matta, salah satu pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sekaligus aktif sebagai ketua umum hingga saat ini, sebagai wakil menteri luar negeri yang berfokus pada isu-isu di dunia Islam dalam Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo.
Sebagai wakil menteri luar negeri , Anis bersama dua nama lainnya yakni Armanatha Nasir dan Arif Havas Oegroseno akan membantu tugas-tugas Menteri Luar Negeri, Sugiono dalam menjalankan tugas diplomatik RI ke luar negeri.
Teuku Rezasyah menilai, Anis memiliki visi Indonesia yang sangat jelas dan rinci serta memiliki rekam jejak yang luas di bidang keorganisasian internasional. Anis juga lama aktif dalam berbagai kegiatan internasional yang berbasis kemasyarakatan dan kemuliaan umat manusia.
Maka sebagai Wamenlu, Anis diharapkan bisa membangun kerjasama dengan kelompok-kelompok negara-negara Islam di berbagai organisasi internasional seperti Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab. Baik di bidang investasi, perdagangan, teknologi, pendidikan, kesehatan dan dialog antar peradaban.
Teuku Rezasyah pun berharap Anis dapat terus mendalami masalah-masalah mendasar yang dihadapi dunia Islam termasuk rendahnya seluruh kriteria dalam Sustainable Development Goals (SDG), terutama sekali, di bidang pendidikan dan kesejahteraan umum, interlocking teknologi dan rendahnya kapasitas SDM dan keorganisasian dalam menjalankan pembangunan berkelanjutan.
Baca juga:
Dulu Buru-buru, Sekarang “Boro-boro”
Yang terakhir, Anis diharapkan mampu membangun koalisi moral di tingkat global untuk mereformasi Dewan Keamanan (DK) PBB yang hingga saat ini hanya dipermainkan oleh lima negara pemilik hak veto, sehingga bisa percepat Palestina Merdeka (republika.co.id, 24-10-2024).
Kabinet Baru Bawa Harapan Baru?
Banyak harapan tertumpu pada pembentukan kabinet baru yang tambun, berisi 48 menteri, 56 wakil menteri dan 21 utusan khusus presiden. Total ada 136 orang yang kelak menjadi punggawa negara dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa.
Menariknya, untuk wakil menteri luar negeri , khususnya Anis Matta diharapkan mampu mendorong isu percepatan kemerdekaan Palestina. Namun, benarkah penempatan sosok-sosok baru ini akan benar-benar membawa perubahan?
Apalagi jika merangkum pendapat pengamat hubungan internasional, terlihat hanya berfokus pada koalisi moral di tingkat global agar negara pemegang hak veto di badan PBB memberikan perubahan, setidaknya ada solusi kesekian untuk Palestina.
Kedua menisbatkan dunia Islam sedang mengalami kesulitan dengan indikator rendahnya seluruh kriteria dalam Sustainable Development Goals (SDG). Kemudian juga mendorong untuk semakin meningkatkan kerjasama dengan kelompok negara muslim. Semakin membuktikan politik luar negeri Indonesia kian tak bertaring dan pola pemikiran para tokoh di negeri ini belum sampai pada akar persoalan.
Ditambah dengan cara pandang negara bangsa “nation state” yang mengkotak-kotakkan negara di dunia termasuk negeri-negeri muslim adalah bangsa yang berbeda. Lupakah kita Rasulullah mengajarkan ukhuwah Islamiyah? Sejarah nation state sendiri sangatlah kelam. Ia adalah “hadiah” dari penjajah atas hancurnya institusi pemersatu seluruh kaum muslim di dunia, Khilafah.
Seolah terlupakan juga, bahwa mengubah semua ini perlu kita sadari dulu sistem apa yang sedang diterapkan. Sebab, tidak ada satu pemimpin pun di dunia ini yang memimpin tanpa tunduk pada satu aturan. Islam jelas bukan, meskipun negara-negara muslim sudah disatukan dalam kelompok kerjasama. Mereka ternyata tunduk pada komando kafir penjajah yang berkumpul dalam PBB.
Hingga genap satu tahun serangan zionis Israel saudara mereka sendiri dalam satu akidah, menutup diri, mencela, memboikot dan lagi-lagi mengusulkan gencatan senjata atau dua negara yang sebenarnya solusi konyol. Sangat ironi karena keluar dari lisan para pemimpin yang juga menyebutkan Syahadat untuk iman mereka.
Baca juga:
Pengarusan Moderasi, Amanah Dalam Proyek?
Sejatinya pengaturan dunia global terkhusus negeri-negeri muslim masih tunduk kepada aturan yang lebih tinggi lagi, yaitu hegemoni penjajah kafir. Hak veto itu tidak hanya ada di PBB, namun lebih jelas lagi ada di dunia ini dan diperankan oleh negara adidaya saat ini, yaitu Amerika. Dialah negara pengemban kapitalisme demokrasi yang kemudian diratifikasi oleh negara-negara Islam. Dan akan menindak tegas kepada negara manapun yang tidak tunduk kepadanya.
Konflik di Timur Tengah yang berkepanjangan inilah buktinya, hingga saudara kita di Palestina harus terus meregang nyawa. Kehilangan anggota keluarga dan harta sudah biasa, yang mereka pertahankan adalah agar Palestina tidak jatuh ke Amerika. Dan mulut pemimpin kaum muslim telah tersumpal dengan bentuk-bentuk kerjasama antar negara, digabungkan dalam organisasi senasib dan sepenanggungan seolah dengan begitu ada perbaikan.
Inilah jebakan, dan kaum muslim dengan sadar mengkampanyekan ide penjajah yaitu nasionalisme atau ide nation state (negara bangsa), ide ini menjadi racun yang sukses menjadikan setiap muslim hanya fokus pada urusan negaranya, dan tak kenal lagi dengan Islam .
Sebaik apapun latar belakang siapapun hari ini yang ada dalam kabinet, khususnya yang mengurusi urusan politik luar negeri ini jika masih bergantung pada sistem kapitalis demokrasi akan tetap menemui jalan buntu. Selama masih ada asas manfaat maka di situ masih akan ada celah bagi orang-orang yang pragmatis merawat jabatan dan kedudukannya dan semakin enggan membela Islam.
Palestina butuh upaya nyata, serangan udara Israel yang terakhir telah membantai 73 warga Palestina di daerah permukiman di Beit Lahia, Gaza utara. Dan pemerintah negara-negara Arab tidak berkomentar atas serangan brutal tersebut (SINDOnews.com, 20-10-2024).
Tak ada bantuan kemanusiaan yang menjangkau masyarakat di wilayah Utara, demikian kata Tor Wennesland, koordinator PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah. Padahal operasi intensif zionis Israel ini berjalan berminggu-minggu. Mengakibatkan banyak korban jiwa dari warga sipil. Militer Israel mengatakan pihaknya meningkatkan serangan di Gaza utara pada awal Oktober untuk mencegah militan Hamas berkumpul kembali (tempo.co, 21-10-2024).
Palestina Makin Membara, Umat Jarus Bergerak Nyata
Sungguh ini adalah pengkhianatan yang besar terhadap saudara sesama muslim, terlebih mereka yang memilki kekuasaan dan pasukan. Tak beranjak menyerukan jihad, tertutupi dengan kecintaan terhadap kekuasaan dan jabatan hingga mati hati mati rasa.
Mereka bukan harapan umat untuk membebaskan Palestina, pun susunan menteri khusus urusan luar negeri. Palestina seolah hanya lip servis dan lebih mengutamakan manfaat ekonomi dan SDGs yang jadi rancangan barat. Padahal kerjasama ini tak berguna, sebab semakin menjerat kita dalam pusaran penjajahan baru ( neoliberalisme).
Baca juga:
Industri Halal Dibidik, Syariat Kâfah Diselidiki
Yang benar adalah, umat harus dibangun kesadarannya, sehingga dapat terus bersuara dan menuntut pemimpin negeri muslim segera mengirimkan pasukannya dengan sepenuh kekuatan untuk berjihad di tanah palestina.
Memperjuangkan dan membela Palestina adalah amal yang sangat luar biasa besar pahalanya. Ada banyak pujian dan keistimewaan untuk mereka yang turut serta membela Palestina. Allah Taala berfirman, “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh) maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (TQS Al-Maidah 5: 41).
Rasulullah saw. pun bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim).
Umat membutuhkan keberadaan payung yang akan melindungi umat Islam. Itu adalah khilafah. Maka harus ada kelompok dakwah yang terus menyadarkan umat akan posisinya sebagai umat terbaik dan wajibnya menegakkan khilafah.
Pembebasan Palestina hanya akan terwujud dengan adanya sulthan(an) nashira (kekuasaan yang menolong), yaitu kekuasaan yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi dalam bentuk negara, sistem, dan penguasanya yang benar-benar telah menolong dan memenangkan Islam dan kaum muslim.
Kekuasaan ini akan menjadi junnah (perisai) yang melindungi umat Islam dari musuhnya. Rasulullah sawb. Bersabda, “Sesungguhnya imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’alaih). Wallahualam bissawab. [SNI].
Komentar