Islam Menjaga Naluri Ibu

 

Suara Netizen Indonesia__ Kasih ibu di sepanjang masa berkelip indah menghiasi kisah-kisah klasik, dan menjadi pengantar tidur. Selamanya ibu menjadi sosok istimewa yang mengisi relung hati. Seorang ibu akan memastikan anaknya tumbuh besar dengan penjagaan terbaiknya.

 

Namun tidak bagi ibu yang satu ini, ia rela menyerahkan buah hatinya untuk diperkosa Kepala Sekolah. Anak yang masih berusia 13 tahun mengalami pencabulan sejak Februari hingga Juni 2024, dengan dalih sebagai ritual penyucian. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah berkoordinasi dengan mitra dan beberapa pihak lain, untuk menindaklanjuti kasus ibu di Sumenep ini. (Kompas.com, 3-9-2024)

 

Sekularisme Mengikis Naluri Ibu

Rasanya sulit dibayangkan, tetapi hal ini benar adanya. Ibu yang seharusnya memiliki limpahan kasih yang tanpa batas, mampu bertindak keji terhadap darah dagingnya. Ini menunjukkan bahwa naluri keibuan ternyata bisa terkikis habis dengan beragam sebab. Hingga akhirnya menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu, dan termasuk rusaknya masyarakat.

 

Fenomena ini tak dapat dibiarkan, tetapi perlu perbaikan segera. Dan solusi mengatasinya tak cukup hanya dengan menghukum si pelaku saja. Sebab ini adalah persoalan sistemik, maka perlu mengurai benang kusut di seluruh sisi kehidupan.

 

Sistem pendidikan yang menjauhkan agama dari kehidupan, adalah sebagai salah satu faktor utama kegagalan pembentukan pribadi baik. Output yang dihasilkannya pun bukan lagi manusia taat dan berilmu, tetapi mengejar kebahagiaan materi dan kepuasaan jasadiah belaka.

 

Begitu pun dengan aturan kehidupan yang berkelindan tanpa melibatkan peran Allah sebagai Al-Mudabbir, maka manusia pun jauh dari Rab-nya. Pornografi dan pornoaksi tersebar hingga ke dalam genggaman. Melalui gawai, kebebasan bertingkah laku dipertontonkan, sehingga terus memicu naluri (gharizah nau‘).

 

Sementara itu media pun menunjukkan model kehidupan para artis yang serba bebas, sinetron, film, dan sebagainya, masuk ke dalam pikiran dan hati setiap insan, seolah hal tersebut adalah hal yang wajar dan boleh dilakukan oleh siapa saja. Tak ada penjagaan dari masyarakat, yang melakukan aktivitas menasehati. Pun tidak dari negara, institusi yang memiliki kekuatan terbesar untuk meluruskan berbagai perkara.

 

Islam Mengembalikan Naluri Ibu

Islam menetapkan peran dan fungsi ibu, yaitu sebagai pendidik yang pertama dan utama (Al-ummu madrasatul uula). Maka ibu berhak memperoleh pendidikan berkualitas yang akan mempersiapkannya sebagai sekolah bagi anak-anaknya. Negara menyediakan tenaga pengajar, serta seluruh sarana dan prasarana terjangkau agar seluruh warganya memperoleh kesempatan menuntut ilmu.

 

Materi ajar pun berbasis akidah. Hingga para siswa merasakan betul buah dari pendidikan adalah ketakwaan dan ketundukan kepada Ilahi. Ilmu yang didapat, akan didekasikan untuk menegakkan agama Allah, memastikan agar kebaikan-kebaikan dapat tersebar.

 

Sejalan dengan itu, negara pun menerapkan Islam kaffah. Maka tak akan ada tayangan kerusakan bertebaran merusak akal. Negara menjaga suasana keimanan. Setiap individu warga saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa. Saling menasehati tatkala dijumpai kemungkaran.

 

Seluruh peran di dalam keluarga dipastikan berfungsi optimal. Seorang ayah menjaga keluarganya melalui mekanisme kepemimpinan (qawwamah) dan seorang ibu sebagai pengatur rumah tangga (al ummu wa rabbatul baiyt). Jika amanah tersebut dilalaikan, maka negara memiliki perangkat yaitu Qadhi Hisbah sebagai pemutus perkara yang terjadi di dalam keluarga.

 

Negara juga tegas menjalankan sistem persanksian Islam. Hukum yang bersifat penebus (jawabir) dan pencegah (zawajir) akan menutup seluruh celah pelanggaran. Maka kehidupan yang berkah menjadi sebuah keniscayaan. Islam menjamin fitrah ibu tetap terjaga dan tumbuh hingga menghantarkan generasi sebagai mutiara umat.
اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ – ١٥

Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.” (QS At-Taghabun: 15)

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Selamatkan Lingkungan Dari Keserakahan Kapitalisme

Inilah kebijakan yang dihasilkan oleh sistem kapitalisme, dimana kebijakannya memberikan ruang bebas tanpa batas kepada para korporat untuk mengelola sumber daya alam atas nama investasi tanpa memperhatikan Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup). Menjadikan korporasi lepas tanggungjawab terhadap pengelolaan limbah berbahaya yang bisa meracuni rakyat dan merusak ekosistem. Bahkan tak jarang pengelolaan limbah industri menjadi beban biaya negara.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *