Bukan Nation State Solusi Palestina, Tapi Khilafah

Mesir menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza, Ahad (4/2/2024), dan menegaskan kembali penolakan terhadap pemindahan paksa warga Palestina dari wilayah tersebut. Seruan Mesir tersebut muncul setelah pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry dan Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne di Kairo (republika.co.id, 5/2/2024).

 

Shoukry dalam konferensi persnya menegaskan, “Masalah Palestina harus ditangani melalui kerangka politik yang komprehensif,” katanya dan menyerukan penetapan kerangka waktu untuk pembentukan negara Palestina.

 

Sebagai informasi, Israel telah melancarkan serangan membabi buta di Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, menewaskan sedikitnya 27.365 warga Palestina dan melukai 66.630 lainnya, sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini telah tewas dalam serangan Hamas.

 

Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur.

 

Nation State Bukan Solusi Untuk Palestina

 

Penjajahan yang dilancarkan Israel masih saja ditanggapi secara gagu oleh para pemimpin negeri muslim. Padahal bukan hanya korban infrastruktur, tapi juga nyawa, yang hidup pun tidak lantas dalam keadaan baik-baik saja, semakin hari semakin menderita.

 

Beberapa tayangan video memperlihatkan bagaimana warga Palestina makan rumput atau mengolah makanan ternak agar bisa mereka makan guna menyambung hidup. Kita bukan lagi bicara betapa kuatnya mereka menghadapi cobaan ini, namun sebaliknya, betapa lemahnya kita di hadapan Israel Laknatullah beserta negara-negara kafir pendukungnya, ditambah dengan diamnya pemimpin muslim.

 

Mesir, masih saja mengupayakan pendirian negara Palestina, padahal ini bukan solusi tuntas kembalinya kemerdekaan bagi Palestina. Sebab, Israel tak paham dengan solusi-solusi politik yang selama ini ditawarkan. Berapa perjanjian damai yang dilanggar, juga berapa kali pembentukan negara Palestina yang digagas PBB sebagai organisasi perdamaian dunia juga tak membuat Israel berhenti melancarkan aksinya.

 

Makin diperparah dengan pandangan Israel atas Palestina sebagai binatang, sehingga memberikan mereka keleluasaan menyerang tanpa ampun bahkan lebih sadis daripada membunuh binatang. Masihkan ada harapan jika sekali lagi Palestina dibuat menjadi negara mandiri?

 

Solusi Terbaik Hanya Jihad dan Khilafah

 

Banyak hadis Rasulullah saw. yang menyerukan pentingnya Ukhuwah Islamiyah, salah satunya,” Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan bahu-membahu adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (HR al-Bukhari).

 

Maka, seharusnya bagi pemimpin muslim dunia, mereka harus melepaskan nasionalisme atau paham kebangsaan mereka yang rendah itu, sebab nasionalisme memandang manusia hanya berdasar sekat negara dan bangsa, merendahkan ikatan yang lebih tinggi yaitu Ukhuwah Islam, semua disatukan atas dasar akidah, Allah, Rasul dan kitab suci yang satu.

 

Ikatan kebangsaan adalah buatan penjajah yang memang ingin memecahbelah kaum muslim hingga tercerai berai. Kita wajib menolaknya. Hubungan kita dengan kaum kafir haruslah sebagaimana firman Allah swt. yang artinya, “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (TQS. Al-Baqarah 2: 190).

 

Israel jelas penjajah yang menginginkan Islam, terutama Palestina hancur. Maka, tak ada lain dalam pandangan Islam selain pertama, membatalkan semua perjanjian damai dengan negara Zionis dari negeri-negeri kaum muslim.

 

Kedua, melepaskan diri dari berbagai aturan internasional yang sering dipakai negara-negara Barat sesuka hati untuk kepentingan mereka. Berbagai peraturan internasional itu membelenggu dan mengebiri kaum muslimin, tapi membuat negara-negara besar leluasa menekan bahkan menginvasi negara-negara lain, seperti yang dilakukan AS bersama Inggris melakukan operasi militer ke Irak, Afganistan, dan Libya.

 

Ketiga, menghentikan pasokan minyak bumi. Negeri zionis mengimpor minyak mentah 20,000 barrel/hari dimana 60% berasal dari negeri-negeri Muslim seperti Azerbaijan, Kazakhstan, negara-negara Afrika Barat terutama Gabon.

 

Keempat, memboikot semua bentuk kerjasama dengan mereka, termasuk aktivitas perekonomian dan kebudayaan. Keenam, membuka semua perbatasan negeri-negeri muslim untuk pasukan kaum muslimin dari negara manapun agar dapat mengepung negara Zionis dari semua penjuru.

 

Hal ini tak bisa dilakukan selama sistem demokrasi masih diterapkan di negeri-negeri muslim. Sistem demokrasi yang bukan berasal dari Islam, jelas akan menjauhkan kaum Muslim dari agamanya sendiri dan justru berjuang untuk memodifikasi Islam agar sesuai dengan pilar demokrasi yaitu kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan kepemilikan dan kebebasan berperilaku.

 

Kembali penulis tegaskan, selama Islam belum diambil sebagai sistem pengaturan urusan kehidupan manusia maka selama itu tak akan bisa didapat solusi terbaik untuk Palestina. Perisai bagi kaum Muslim itu hanyalah Kholifah, yaitu seorang pemimpin yang berkuasa atas seluruh wilayah kaum muslim dan menerapkan syariat, sebagaimana Rasulullah saw.bersabda, “Imam (Khalifah) itu laksana perisai; kaum Muslim berperang di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya” (HR Muslim). Wallahu a’lam bissawab.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Saatnya Umat Bersatu untuk Bebaskan Palestina

Begitu memilukan nasib umat Islam di beberapa negeri terjajah di seluruh dunia. Berbagai serangan musuh dengan kekejaman di luar batas kemanusiaan hanya mampu menjadi tontonan para penguasa negara-negara muslim yang lain. Hal ini bisa terjadi karena institusi besar yang dahulu menjadi pelindung umat telah hancur berkeping-keping. Inilah yang menjadi pangkal musibah umat Islam sedunia.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *