Berulang Pembakaran Al-Qur’an, Isyarat Kekalahan Barat?
Beberapa waktu lalu terjadi pembakaran Al-Qur’an di Swedia. Parahnya hal tersebut bukan kali pertama. Padahal semua tahu Al-Qur’an kitab suci dan pedoman umat Islam yang jumlahnya mayoritas di dunia. Nyata, Islam fobia sudah menggejala.
Persoalannya, mengapa mereka takut atau fobia? Jawabannya sederhana, mereka merasa tak berdaya. Ya, itu fakta. Pembakaran Al-Qur’an sejatinya bukti kekalahan mereka yang antipati terhadap kebangkitan Islam dan pemeluknya.
Meski pahit bagi mereka, namun harus diakui, gelombang bangkitnya Islam memang kencang menyapu sebagian besar wilayah Eropa. Hal ini ditandai dengan meningkatnya populasi muslim atau yang memeluk Islam secara pesat. Hasil penelitian PSU Research Review yang rilis belum lama ini menunjukkan hal tersebut. Terdapat 13 negara yang diprediksi penduduk Muslimnya akan menjadi mayoritas antara tahun 2085 dan 2215.
Negara-negara tersebut di antaranya, Siprus (pada tahun 2085), Swedia (2125), Prancis (2135), Yunani (2135), Belgia (2140), Bulgaria (2140), Italia (2175), Luksemburg (2175), Inggris Raya (2180), Slovenia (2190), Swiss (2195), Irlandia (2200), dan Lituania (2215) (republika.co.id, 2021).
Wajar bila data di atas mulai meresahkan mereka. Tetapi para pelaku pembakaran tersebut mungkin lupa jika menentang Al-Qur’an sama artinya dengan menantang Islam. Dien yang asalnya dari Sang Maha Pencipta, Allah Al-Karim. Boleh jadi mereka tidak menginginkan Islam, namun apa mungkin mereka menolak datangnya malam?
Mustahil. Padahal seperti itulah analogi yang tepat untuk menggambarkan keniscayaan seluruh apa yang terkandung dalam Al-Qur’an, sebagai petunjuk dan pedoman umat muslim. Bila diterapkan, pastinya mewujudkan keberkahan sebagaimana yang dijanjikan Allah Swt.
Ya, sejak awal seharusnya sudah diketahui dunia, bahwa Al-Qur’an diturunkan Allah Swt. sebagai mukjizat. Mukjizat artinya melemahkan. Membuat yang lain selain Al-Qur’an tampak lemah hingga tiada pilihan selain tunduk patuh pada apa yang dikandungnya.
Mari simak salah satu ayat berikut,
“Katakan¬lah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS Al-Isra: 88).
Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya menjelaskan bahwa di ayat ini Allah Swt. memberitahukan, andaikan seluruh manusia dan jin berkumpul, lalu mereka sepakat akan membuat hal yang semisal dengan kitab yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya untuk selama-lamanya, sekalipun saling membantu dan menolong di antara sesama mereka.
Masih banyak lagi ayat lainnya yang bernada sama, menunjukkan betapa kehebatan Al-Qur’an tiada tara. Sebab, Al -Qur’an hakikatnya memang bukan perkataan manusia, melainkan firman dari Yang Maha Kuasa. Maka apa yang dilakukan mereka yang membenci sungguh hanya perbuatan sia-sia. Tidak akan mengurangi keagungan dari Kalamullah walau sedikit saja.
Sebaliknya hanya membawa orang-orang yang membenci berkubang dalam samudera derita. Terlebih bila Islam telah diterapkan secara kafah mengikuti sistem pemerintahan khilafah warisan Rasulullah saw. dan para sahabat yang mulia, maka setiap tindakan yang menista Islam dan Al-Qur’an tak akan dibiarkan merajalela. Pastinya dihukum sesuai tuntunan syariah, yaitu siapa saja yang sengaja menghinakan Alquran, maka halal darahnya alias boleh dibunuh. (Ibn Taimiyyah, Majmu’ Al-Fatawa).
Sayang, syariat kafah yang merupakan konsekuensi iman kita belum tegak lagi. Karenanya sanksi tersebut belum dapat dieksekusi. Tapi hal ini bukan berarti Islam dengan Al-Qur’annya tak lagi mampu jadi solusi. Tidak, tidak sama sekali. Melainkan pemeluknya yang sedang tidur panjang atau hibernasi. Disibukkan dengan moderasi, pluralisme, sinkretisme, gaya hidup hedonisme- konsumerisme serta liberalisasi. Keseluruhannya berakar pada sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan.
Lantas mau sampai kapan membiarkan keadaan ini terjadi? Bila sedang hibernasi saja, mereka tak berdaya hingga perlu membakar Al-Qur’an, apatah lagi bila umat bangun dari tidur panjangnya? Mari kembali menyadari hakikat diri sebagai hamba di hadapan Sang Khalik. Tinggalkan sekularisme karena sejatinya tiada pilihan bagi seorang hamba dalam hidup ini selain taat pada semua yang datang dari risalah Nabi yaitu seluruh yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As Sunah. Pada saat itu, Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam beserta isinya pun bakal menjelma jadi nyata. Wallahualam.
Komentar