Ungkap Kasus Tabrak Lari di Samudera, Tim Gabungan Polres Lhokseumawe Amankan Barang Bukti di Aceh Besar

Polres Lhokseumawe saat mengamankan barang bukti terkait kasus pidana tabrak lari. FOTO/Net

LHOKSEUMAWE – Ungkap kasus tabrak lari yang mengakibatkan dua korban meninggal dunia, tim gabungan dari Polres Lhokseumawe berhasil mengamankan barang bukti berupa satu unit minibus Toyota Hiace di Desa Lampeneurut, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, Rabu (12/10/2022).

Kapolres Lhokseumawe, AKBP Henki Ismanto, SIK melalui Kasi Humas, Salman Alfarisi, SH, MM mengatakan, minibus BL 7732 AA tersebut terlibat kasus tabrak lari di jalan lintas Medan – Banda Aceh tepatnya di Gampong Blang Peuria, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, wilayah hukum Polres Lhokseumawe pada Minggu (9/10/2022) pukul 04.30 WIB.

Akibat peristiwa tersebut, lanjutnya, dua korban pasangan suami istri (pasutri), Abdullah (29) dan Rohani (33) yang menggunakan sepeda motor jenis Kawasaki Ninja Warrior meninggal dunia.

Sebelumnya, tim yang dipimpin langsung Kasat Lantas Polres Lhokseumawe berhasil menangkap tersangka yaitu pengemudi mobil Hiace berinisial MI (27) di Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara, Selasa (11/10/2022) kemarin.

“Setelah mendapatkan informasi barang bukti berada di salah satu bengkel Oto di Aceh Besar, tim gabungan dari Satreskrim, Sat Intelkam dan Sat Lantas Polres Lhokseumawe bergerak ke Banda Aceh dan berhasil mendapatkan barang bukti minibus Toyota Hiace di Darul Imarah,” ujarnya.

Kasi Humas menambahkan, barang bukti mobil penumpang (mopen) tersebut selanjutnya diamankan ke Mapolres untuk proses lebih lanjut. Keberhasilan pengungkapan kasus ini setelah serangkaian identifikasi dan penyelidikan.

“Untuk mengungkap terduga pelaku kasus tabrak lari itu, tim melakukan analisa olah TKP dan mencari keterangan saksi serta mengamankan barang bukti berupa pecahan kaca lampu depan serta pecahan kover spion sebelah kiri dan CCTV yang berada di TKP,” pungkasnya.

Artikel Lainnya

Pemerataan Pembangunan Desa, Akankah Menjadi Realita?

Realitasnya bahwa tak semua desa mampu secara finansial membiayai pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya sendiri. Meski ada program Dana Desa yang konon katanya adalah bentuk perhatian pemerintah nyatanya terselip motif lain yaitu neoliberalisme ekonomi melalui sektor pariwisata dan sumber daya alam strategis yang dimiliki oleh tiap desa di negeri ini. Rupanya dibalik program-program yang dicanangkan untuk mengelola desa di dasarkan pada untung dan rugi.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *